Begini Arah Kebijakan Kemenparekraf untuk Pacu Kunjungan Wisman

INFORMASI.COM, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyiapkan beberapa siasat untuk dorong sektor pariwisata di Indonesia. Hal tersebut berangkat dari fakta tidak sejalannya peringkat Travel and Tourism Development Index (TTDI) dengan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) Indonesia.
Ditemui pada Kompas Travel Fair, Jumat (20/9/2024), Direktur Pemasaran Pariwisata - Kawasan Asia Pasifik Kemenparekraf Wisnu Sindhutrisno, mengatakan soal jumlah kunjungan wisman Indonesia masih kalah oleh beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Padahal, peringkat TTDI Indonesia meningkat signifikan, per hari ini posisinya di peringkat ke-22 dari 119 negara.
Menyiasati hal tersebut, Wisnu menuturkan beberapa arah kebijakan Kemenparekraf, di antaranya adalah mendorong desa wisata. Wisnu bilang, hal tersebut merupakan respon atas perubahan behavior wisatawan pascapandemi yang lebih mencari experience dibandingkan dengan pariwisata mewah.
“Mereka ingin merasakan pengalaman di desa-desa wisata, tempat-tempat kecil—ikut menanam padi, memandikan kerbau, memandikan gajah di Lampung. Itu cuma bisa dilakukan di desa-desa wisata dan itu menjadi salah satu tren saat ini sehingga itu yang akan terus kami dorong,” tutur Wisnu.
Meski Terealisasi Rp15,35 Triliun, Investasi Pariwisata Masih Kurang BanyakWisnu juga bilang, upaya membangun desa wisata juga dapat memberikan dampak ekonomi langsung kepada masyarakat, terutama UMKM. “Kalau wisman dan wisnusnya datang ke desa wisata, itu daerahnya akan berkembang, UMKM-nya, masyarakatnya, perekonomiannya ikut terangkat,” kata Wisnu.
Di samping itu, Wisnu mengatakan Kemenparekraf mendorong ketibaan ke destinasi pariwisata tidak terbatas dengan jalur udara saja. “Itu kita dorong moda transportasi yang lain, mungkin secara relatif lebih murah,” ujarnya.
Upaya tersebut dilakukan menanggapi jumlah armada transportasi udara yang menurut Wisnu menurun drastis sejak Pandemi Covid-19.
“Sebelum pandemi jumlah pesawat yang kita punya banyak, saat ini sangat berkurang, mungkin hampir setengahnya. Dulu mungkin antara 800 - 1000 pesawat kita punya, sekarang hanya sekitar 600-an pesawat, sementara traveler yang akan berwisata sudah 100%, tetapi transportasi penerbangannya masih kurang (armadanya),” kata Wisnu menambahkan.
Sektor Pariwisata Perlu Dioptimalkan untuk Perkuat Ketahanan EkonomiWisnu juga bilang, saat ini pemerintah terus berupaya untuk menurunkan harga tiket pesawat. Menurut penuturan Wisnu, ditargetkan sekitar semester I-2025 harga tiket pesawat sudah normal kembali.
Adapun upaya pemerintah dalam memastikan penurunan harga tiket pesawat diartikulasikan melalui Satgas Penurunan Harga Tiket Pesawat di bawah koordinasi MenkoMarves.
“Dengan perhitungan inflasi dan macem-macem memang mungkin bisa paling tidak (penurunan harga tiket) bisa 60%-75% dari harga yang sekarang,” ujar Wisnu.
Di samping itu, pemerintah juga tengah berupaya mendorong relaksasi visa Wisnu bilang hal tersebut merupakan salah satu game changer-nya dalam mendorong sektor pariwisata. Ia bilang, dibandingkan negara-negara tetangga, visa Indonesia masih kalah kompetitif sehingga dibutuhkan relaksasi untuk kebijakan visa.
“Kami yakin akan ada relaksasi—beberapa relaksasi untuk VISA kita menjadi kompetitif paling tidak di Asia Tenggara sehingga kita bisa bersaing secara sehat dan sesuai dengan kenaikan peringkat TTDI kita ini,” pungkasnya.
Komentar (0)
Login to comment on this news