Pengembangan Biofuel B50, Pasokan Minyak Sawit RI Cukup?

INFORMASI.COM, Jakarta - Energi terbarukan melalui penerapan bahan bakar nabati (biofuel), terus menunjukkan perkembangan. Mulai dari B15 pada 2015, B20 pada 2019, B30 pada 2022, hingga B35 yang saat ini sudah dijalankan sejak tahun 2023.
Pengembangan itu pun tak berhenti di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saja. Saat ini pemerintah tengah mengembangkan B50 yang kemungkinan besar akan berlanjut di era Prabowo Subianto.
B50 adalah bahan bakar untuk mesin diesel yang diolah dari campuran 50% fosil diesel dan 50% biodiesel dari minyak sawit. Dengan adanya B50, pemerintah berharap dapat menekan impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM).
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Prayudi Syamsuri, dalam Forum Group Discussion, Senin (23/9/2024), menyampaikan pentingnya menyusun skenario kelapa sawit sebagai bahan baku energi, khususnya biodiesel.
ESDM Dorong PLN Investasi Bersama Swasta dalam Energi TerbarukanDengan produksi sawit nasional mencapai 54 juta ton, di mana 31 juta ton di antaranya diekspor, Prayudi mengusulkan penggunaan 5,7 juta kiloliter sawit untuk meningkatkan persentase biodiesel nasional hingga 50%.
“Penambahan 5,7 juta kiloliter akan mengalihkan sebagian produksi untuk memperkuat biodiesel kita. Dengan begitu, kita bisa mencapai persentase 50% biodiesel,” ujar Prayudi.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa pertumbuhan ini harus diiringi dengan peningkatan pasokan sawit yang berkelanjutan, mengingat laju konsumsi kendaraan yang terus bertambah.
Prayudi juga menyoroti dari 2.091 perusahaan sawit yang terdaftar, banyak yang masih belum optimal dalam pengelolaan lahannya, sehingga kementerian berinisiatif menambah subsidi peremajaan sawit.
"Kami telah menambah subsidi untuk peremajaan sawit pekebun. Harapan kami, inisiatif ini akan mendorong para pekebun untuk lebih semangat melakukan replanting secara solutif," katanya menjelaskan.
Indonesia Ajak Kolaborasi Internasional untuk Percepat Transisi Energi TerbarukanPrayudi juga menyampaikan kementerian akan menurunkan ekspor minyak sawit guna mendorong cadangan produksi dalam negeri.
“Kita punya sekitar 46 juta ton CPO dan 26 juta tonnya diekspor, kita bisa switch manfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri,” pungkas Prayudi ke awak media.
Langkah ini diharapkan mampu menjaga pasokan sawit nasional dan mendukung target biodiesel yang lebih ambisius di masa depan terutama di era pemerintahan baru Prabowo.
Komentar (0)
Login to comment on this news