Bukan Batu Bara atau Nikel, Kekuatan Ekonomi RI Ada di Laut

INFORMASI.COM, Jakarta - Indonesia akan menjadi salah satu dari tiga kekuatan ekonomi baru Asia. Dalam hal ini, sesuai dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat pembukaan BNI Investor Daily Summit 2024, Selasa (8/10/2024).
Namun menurut Jokowi, ada beberapa tantangan yang bakal dihadapi Indonesia untuk mencapai kekuatan ekonomi baru itu. Mulai dari perlambatan ekonomi global, termasuk di dalamnya soal geopolitik.
Atas tantangan-tantangan itu, Jokowi pun menyebutkan salah satu modal besar Indonesia untuk menjadi kekuatan ekonomi baru. Modal yang dimaksud adalah program hilirisasi sumber daya alam rumput laut.
"Yang paling besar kekuatan kita ke depan adalah di rumput laut atau sea weed, karena kita punya pantai pesisir sepanjang 80 ribu kilometer dan yang hidup di situ adalah rakyat kita," kata Jokowi.
Jokowi Sebut RI jadi Salah Satu Kekuatan Ekonomi Baru, Kapan Terwujud?Jokowi Sebut RI jadi Salah Satu Kekuatan Ekonomi Baru, Kapan Terwujud?Jokowi berharap, hilirisasi rumput laut bisa dioptimalkan oleh masyarakat di pesisir pantai. Terutama yang berprofesi sebagai nelayan.
Jokowi juga mengatakan, rumput laut tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik, kosmetik, dan makanan, tetapi juga berpotensi menjadi sumber bioavtur.
"Ini akan memberi dampak ke rakyat yang sangat besar dan menaikkan nilai tambah kita," ujarnya.
Lantas, sejauh mana sebenarnya potensi rumput laut Indonesia?
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), total produksi rumput laut pada 2020 mencapai 5,01 juta ton. Dari jumlah itu, nilainya Rp22,89 triliun.
Masih di periode yang sama, provinsi penghasil rumput laut terbesar adalah Sulawesi Selatan dengan jumlah 1,63 juta ton. Disusul Nusa Tenggara Timur (NTT) 1,04 juta ton.
Kondisi Terkini dan Outlook Perekonomian Versi Tim Riset Bank MandiriDi sisi lain, mengutip keterangan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), lebih dari 70% luas Indonesia adalah laut dengan 12 juta ha dialokasikan untuk budidaya.
Namun dengan segala keunggulan yang dimiliki, produksi rumput laut Indonesia masih belum optimal.
Pada awal tahun ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B. Pandjaitan pernah menjelaskan, budidaya rumput laut baru mencapai 102 ribu ha atau 0,8%-nya saja. Lebih dari 60% ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah atau rumput laut kering, dengan hilirisasi yang terbatas.
Padahal kata Luhut, rumput laut bisa diproduksi menjadi berbagai produk. "Seperti biostimulant atau pupuk organik yang dapat membantu masalah subsidi pupuk dan ketahanan pangan. Biodegradable plastic yang dapat mengatasi masalah sampah plastic Indonesia," ucap Luhut.
Pemangkasan BI Rate Dinilai Belum Signifikan, Dampak ke Ekonomi Masih TerbatasTak hanya itu, rumput laut juga merupakan bahan pangan, seperti pengganti gandum pada mie, yang dapat mengurangi impor gandum. Hingga, biofuel yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan masih banyak lagi.
Sebagai tambahan informasi, pada awal September lalu, KKP kembali menggenjot produksi rumput laut nasional sebagai upaya hilirisasi komoditas tersebut. Program terbaru, KKP membangun modeling budidaya rumput laut seluas 50 hektare di Rote Ndao, NTT.
Merujuk Satu Data KKP, Rote Ndao sebagai salah satu Kabupaten yang memberikan kontribusi terbesar pada total produksi rumput laut di Provinsi NTT. Ditambah lagi rumput laut Rote Ndao menjadi salah satu rumput laut terbaik dari Indonesia di pasar dunia.
Komentar (0)
Login to comment on this news