COP 29 Soroti Pendanaan Perubahan Iklim bagi Negara-negara Berkembang

COP 29 Soroti Pendanaan Perubahan Iklim bagi Negara-negara Berkembang
Foto COP29 di Baku, Azerbaijan (sumber: @COP29_AZ on X)

INFORMASI.COM, Jakarta - Konferensi Tingkat Tinggi Iklim PBB ke-29 (COP 29) menyoroti pentingnya pendanaan bagi negara-negara berkembang untuk menghadapi perubahan iklim.

Menteri Ekologi dan Sumber Daya Alam Azerbaijan sekaligus ketua penyelenggara COP 29, Mukthar Babayev, mengatakan pendanaan itu bertujuan agar negara-negara tersebut bisa beralih dari bahan bakar fosil ke yang ramah lingkungan.

Selain itu, pendanaan ini juga bertujuan membantu negara-negara berkembang untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.

"Perlu adanya peningkatan komitmen iklim dari negara-negara melalui rencana iklim nasional," kata Babayev dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim PBB, dikutip dari Al Arabiya, Senin (11/11/2024).

Sekadar informasi, menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), negara-negara berkembang memerlukan lebih dari US$1 miliar (Rp15,72 triliun) untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Bahkan, laporan Emissions Gap terbaru dari UN Environment Programme (UNEP) menyatakan jika kenaikan suhu global mencapai 2,6 derajat Celsius-3,1 derajat Celsius, kondisi dunia akan semakin memburuk.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengomentari disparitas besar dalam pendanaan bagi negara-negara berkembang. Disebutkan mereka hanya menerima sepersepuluh dari kebutuhan mereka, yaitu US$75 juta (Rp117,8 miliar).

“Para pelaku kehancuran ini, khususnya industri bahan bakar fosil meraup keuntungan besar dan subsidi, sementara pendanaan untuk adaptasi jauh dari cukup," kata Guterres.

Dalam pertemuan ini, dia menyarankan pendanaan iklim bisa lebih besar porsinya agar kesenjangan berkurang. Para ahli iklim dan negara berkembang mendorong penetapan target pendanaan baru sebesar US$1 triliun per tahun untuk negara maju, melampaui target sebelumnya sebesar US$100 miliar yang hampir tercapai.

Pembicaraan mengenai penetapan target baru ini diperkirakan akan menjadi sorotan utama dalam negosiasi COP29 di Baku, Azerbaijan. 

BAGIKAN

Popular

DATA
UPDATES