Ilmuwan Jepang Temukan Bakteri Usus yang Dukung Terapi Kanker

Peneliti di Jepang mengkaji bakteri usus baru yang mampu meningkatkan respons imun terhadap terapi kanker. (Foto: Freepik)
INFORMASI.COM, Jakarta - Ilmuwan Jepang mengidentifikasi kelompok bakteri usus baru yang dapat meningkatkan efektivitas imunoterapi kanker, khususnya jenis obat immune checkpoint inhibitors seperti Opdivo dan Keytruda. Temuan ini berpotensi membuka jalan bagi pengembangan terapi kanker yang lebih personal dan efektif di masa depan.
Apa yang Terjadi?
- • Mengutip The Japan Times, Senin (14/7/2025), tim peneliti dari National Cancer Center Japan (NCCJ) menemukan bakteri baru bernama YB328 dari kelompok Ruminococcaceae dalam sampel feses pasien kanker paru dan lambung.
- • Bakteri ini terbukti meningkatkan respons tubuh terhadap immune checkpoint inhibitors, jenis imunoterapi yang bekerja dengan “melepas rem” pada sistem imun agar bisa melawan sel kanker.
- • Studi terhadap 50 pasien menunjukkan bahwa mereka dengan kadar tinggi Ruminococcaceae mengalami median 119 hari tanpa perkembangan penyakit, dibanding 38 hari pada pasien dengan kadar rendah.
Kenapa Ini Penting?
- • Obat-obatan imunoterapi hanya efektif pada sekitar 20 persen pasien, sehingga penemuan ini penting untuk meningkatkan rasio keberhasilan.
- • Uji coba pada tikus menunjukkan bahwa YB328 mengaktifkan sel dendritik, yang kemudian memicu sel T untuk menyerang tumor.
- • Penelitian ini tak hanya mengungkap bakteri pendukung terapi kanker, tetapi juga mekanisme biologisnya, yakni bagaimana mikroba usus dapat memengaruhi sistem imun hingga ke jaringan tumor.
Apa Selanjutnya?
- • NCCJ bekerja sama dengan ARC Therapies, perusahaan spin-off yang tengah menyiapkan uji klinis obat oral berbasis YB328.
- • Meski menjanjikan, ketersediaan obat ini masih butuh waktu beberapa tahun karena masih banyak aspek yang harus diteliti, seperti dosis ideal untuk manusia dan komponen aktif bakteri yang memicu respons imun.
Penemuan bakteri YB328 oleh ilmuwan Jepang membuka peluang baru dalam meningkatkan efektivitas pengobatan kanker berbasis imunoterapi. Meski hasil awalnya menjanjikan, pemanfaatannya secara klinis masih memerlukan waktu dan riset lanjutan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya pada manusia. (The Japan Times)