China Gerak Cepat Isi Kekosongan Diplomatik Global saat AS Menarik Diri

INFORMASI.COM, Jakarta - Laporan terbaru dari Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, menunjukkan China tengah memperluas pengaruh diplomatiknya secara agresif di saat Amerika Serikat, di bawah Presiden Donald Trump, justru menarik diri dari panggung global.
Apa yang Terjadi?
- • Pemerintahan Trump memangkas anggaran Departemen Luar Negeri AS, termasuk memecat lebih dari 1.350 pegawai domestik sebagai bagian dari efisiensi.
- • USAID dibubarkan secara de facto, dengan pemotongan miliaran dolar dana dan pemberhentian ribuan pekerja.
- • Sekitar 80 persen program bantuan internasional AS turut dihentikan.
- • Mengutip Reuters, Selasa (15/7/2025), laporan sepanjang 91 halaman ini mencatat bahwa China mulai menggantikan peran-peran yang sebelumnya diisi AS.
Contohnya
- • Saat AS menghentikan program bantuan pangan di Uganda, China langsung menyumbang US$2 juta dalam bentuk beras.
- • Setelah AS mencabut hibah HIV/AIDS sebesar US$37 juta di Zambia, China datang dengan 500 ribu alat tes cepat dan janji kemitraan lanjutan.
- • Presiden Xi Jinping melakukan kunjungan kenegaraan ke Vietnam, Kamboja, dan Malaysia. Hasilnya proyek rel kereta di Vietnam, 37 kesepakatan kerja sama di Kamboja, serta program pertukaran teknis dan manufaktur di Malaysia.
“ Dalam hitungan hari sejak Trump menjabat dan mulai menarik komitmen global, China sudah menyebut AS sebagai mitra yang tak bisa diandalkan. ”
— Senator Jeanne Shaheen dari Partai Demokrat
Apa Dampaknya?
- • Para pengkritik menilai langkah ini membuat posisi diplomatik dan moral AS di dunia melemah, terutama dalam menghadapi pengaruh China yang semakin luas.
- • Jurnal medis The Lancet memperkirakan pembubaran USAID dapat menyebabkan tambahan 14 juta kematian global hingga 2030 akibat hilangnya bantuan kesehatan dan kemanusiaan.
- • Pemerintahan Trump menyebut langkah ini sebagai upaya efisiensi dan bagian dari strategi America First, menolak pemborosan anggaran untuk bantuan luar negeri yang “tak seimbang”.
Ketika AS sibuk memangkas birokrasi dan bantuan luar negeri, China justru mengisi kekosongan tersebut dan memperkuat pengaruh globalnya. Perubahan lanskap ini menunjukkan pergeseran kepemimpinan global dari Washington ke Beijing, dengan implikasi besar bagi masa depan tatanan internasional. (Reuters)