Jepang-Uni Eropa Bangun Aliansi Hadapi Tekanan AS dan China

Jepang-Uni Eropa Bangun Aliansi Hadapi Tekanan AS dan China
Presiden Dewan Eropa António Costa, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba, dan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen. (Foto: Kantor Perdana Menteri Jepang/Kantei)

INFORMASI.COM, Jakarta - Jepang dan Uni Eropa resmi meluncurkan “aliansi daya saing” pada Rabu (23/7/2025) dalam pertemuan puncak di Tokyo. Langkah ini bertujuan memperkuat hubungan dagang bilateral, mendorong kolaborasi bisnis, dan mendiversifikasi rantai pasok mineral kritis, sebagai respons atas tekanan ekonomi dari Washington dan praktik dagang tidak adil dari Beijing.

Apa yang Terjadi?

  • PM Jepang Shigeru Ishiba, Presiden Dewan Eropa Antonio Costa, dan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen menandatangani kesepakatan aliansi di Tokyo.
  • Aliansi mencakup tiga pilar: peningkatan perdagangan bilateral, penguatan keamanan ekonomi, dan kerja sama dalam inovasi serta transisi hijau dan digital.
  • Dialog ekonomi tingkat tinggi ditingkatkan, melibatkan pejabat senior kedua pihak, termasuk Stéphane Séjourné dari Komisi Uni Eropa.
  • Fokus awal memperkuat rantai pasok bahan mentah kritis seperti logam tanah jarang dan baterai.
  • Jepang dan Uni Eropa sepakat menyederhanakan aturan perdagangan, mendukung investasi lintas kawasan, dan memperkuat keamanan infrastruktur dan teknologi.

Empat faktor utama mendorong terbentuknya aliansi ini: ancaman tarif dari Trump, penggunaan mineral kritis sebagai senjata ekonomi oleh China, stagnasi kelembagaan di WTO, serta strategi baru Uni Eropa yang menempatkan inovasi dan pengurangan ketergantungan sebagai pilar pertumbuhan melalui competitiveness compass.

— Kepala Konsultan JP & Associates, José Parejo.

Kenapa Ini Penting?

  • AS masih mempertahankan tarif 30% terhadap produk Eropa per 1 Agustus, sementara Jepang telah capai kesepakatan terbatas dengan AS.
  • China baru-baru ini membatasi ekspor tujuh elemen tanah jarang penting, berdampak besar bagi industri Eropa dan Jepang.
  • Jepang dinilai sebagai mitra strategis alami bagi Uni Eropa dalam hal inovasi, teknologi, dan nilai-nilai demokrasi.
  • Uni Eropa dan Jepang ingin membentuk aturan global yang adil dan terbuka, termasuk melalui reformasi WTO dan koordinasi dalam forum G7.

Gambaran Lebih Luas

  • Uni Eropa sedang menjajaki peluang kerja sama dagang yang lebih luas dengan negara-negara Asia, termasuk anggota CPTPP.
  • Uni Eropa juga mempertimbangkan membuat aturan dagang baru sebagai alternatif dari WTO yang kini mandek.

Apa Selanjutnya?

  • Uni Eropa bisa memanfaatkan keahlian Jepang dalam pemurnian logam tanah jarang, sementara Jepang berpotensi mengakses pembiayaan dari European Investment Bank.
  • Kolaborasi dalam teknologi hijau dan digital, seperti pengembangan 6G dan chip semikonduktor, bisa menyaingi dominasi AS dan China.
  • Perusahaan Jepang mengincar akses pasar tunggal Eropa (450 juta konsumen), sementara Eropa melihat Jepang sebagai pintu masuk ke blok CPTPP di Asia Pasifik.

Aliansi ini bukan langkah anti-AS atau anti-China, tetapi upaya strategis untuk menjaga kemandirian ekonomi Eropa dan Jepang dalam dunia multipolar. Seperti dikatakan von der Leyen, bahwa Uni Eropa dan Jepang punya skala untuk membentuk aturan global yang sejalan dengan nilai keterbukaan dan keadilan. (The Japan Times)

BAGIKAN
Anda harus login untuk memberikan komentar.