- Home
- Internasional
- Mulai April 2025, PNS Jepang di Tokyo Akan Kerja 4 Hari dalam Seminggu
Mulai April 2025, PNS Jepang di Tokyo Akan Kerja 4 Hari dalam Seminggu

INFORMASI.COM, Jakarta - Pemerintah Tokyo, Jepang akan memberlakukan sistem empat hari kerja dalam seminggu bagi pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN). Kebijakan yang akan berlaku mulai April 2025, mempromosikan keseimbangan hidup-kerja (work life balance).
Dikutip dari Business Insider, Selasa (10/12/2024), pemerintah Kota Tokyo, akan memberlakukan empat hari kerja dalam seminggu bagi lebih dari 160 ribu PNS Tokyo. Kebijakan baru ini akan berlaku bagi lebih 160.000 pegawai pemerintah Metropolitan Tokyo.
Kebijakan ini dibuat untuk mempromosikan work life balance, atau keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, juga untuk meningkatkan kesuburan wanita. Fenomena “karoshi” atau “kematian karena terlalu banyak bekerja” marak terjadi di Jepang.
Pesawat Pengebom AS Latihan Bareng Korsel dan Jepang, Tanggapi Uji Coba Rudal KorutDikutip dari Business Standard, setidaknya ada 54 pekerja di Jepang yang meninggal setiap tahun karena terlalu banyak bekerja. Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja yang kritis, dibuatlah kebijakan itu.
“Secara emosional, hal itu mengurangi stres dan membantu saya pulih dengan lebih baik,” kata salah satu pekerja, Akiko Yokohama, yang sudah lebih dulu menerima sistem kerja empat hari.
Kebijakan ini dapat memberikan para pekerja waktu luang untuk membesarkan anak, merawat kerabat lanjut usia, atau mencari penghasilan tambahan untuk masa pensiun.
Tingkatkan Angka Kelahiran
Selain itu, inisiatif ini juga merupakan strategi baru pemerintah Tokyo untuk meningkatkan angka kelahiran dengan mendorong kesuburan wanita.
Hingga kini, Jepang masih terus berusaha mencari jalan keluar dari tingkat kelahiran yang sangat rendah. Tahun lalu angka kelahiran hanya mencapai 758.631, terendah dalam sejarah. Pemerintah Jepang harus putar otak agar tidak jadi negara dengan populasi tertua.
Jepang merupakan salah satu negara tertua di dunia, dengan populasi yang juga terus menua. Ini disebabkan oleh harapan hidup yang panjang, tetapi tingkat kesuburan yang rendah. Tingkat kesuburan Jepang turun ke rekor terendah yaitu 1,2 pada tahun 2023.
Serpihan Tempura Rupanya Jadi Bahan Bakar Pesawat di Jepang“Kami akan terus meninjau gaya kerja secara fleksibel untuk memastikan perempuan tidak harus mengorbankan karier demi melahirkan atau mengasuh anak," kata Gubernur Tokyo, Yuriko Koike.
Masih banyak program atau kebijakan lainnya yang dibuat untuk mengatasi kemerosotan angka kelahiran ini, mulai dari memotong jam kerja untuk orang tua, meningkatkan akses ke layanan penitipan anak, hingga mempromosikan pembekuan sel telur. Program-program ini disebut habiskan dana miliaran.
"Pemberdayaan perempuan, sebuah tujuan yang masih jauh tertinggal dari negara lain di dunia, telah menjadi isu yang sudah berlangsung lama di negara kami," kata Koike.
Bahkan di tahun depan, akan ada peluncuran aplikasi kencan yang harapannya dapat mendorong keyakinan warga untuk menikah.
(Penulis: Yasmina Shofa)
Komentar (0)
Login to comment on this news