- Home
- Internasional
- Mengenal Bikini Atoll, Lokasi Uji Nuklir Amerika di Lautan Pasifik
Mengenal Bikini Atoll, Lokasi Uji Nuklir Amerika di Lautan Pasifik

INFORMASI.COM, Jakarta - Uji coba senjata nuklir umumnya dilakukan militer suatu negara di sebuah daerah terpencil. Amerika Serikat, salah satu negara dengan militer terkuat, punya pulau khusus tempat eksperimen nuklir yang bernama Bikini Atoll.
Bikini Atoll merupakan salah satu dari 29 atol dan lima pulau yang membentuk Kepulauan Marshall. Berukuran 357 ribu mil persegi, lokasinya amat terpencil di utara garis khatulistiwa Lautan Pasifik.
Sebagai infomasi, atol adalah pulau yang terbentuk dari sekumpulan terumbu karang yang mengelilingi laguna atau pulau di tengahnya.
Sejarah Hari Ini: Wright Bersaudara Terbangkan Pesawat Bermesin Pertama KaliPada Februari 1944, Amerika Serikat berhasil merebut Kwajalein Atoll dan mengakhiri kekuasaan Jepang di Kepulauan Marshall.
Pada Desember 1945, Presiden Harry S. Truman mengeluarkan arahan kepada pejabat Angkatan Darat dan Angkatan Laut perihal keperluan untuk uji coba senjata nuklir demi menentukan efek bom atom terhadap kapal perang Amerika.
Bikini Atoll kemudian dipilih karena lokasinya yang jauh dari rute perairan dan udara. Dilansir dari history.com, Bikini Atoll memenuhi kriteria dari militer.
Selain jauh dari rute air dan udara, Bikini Atoll juga hanya memiliki sedikit penduduk. Menurut sebuah laporan, hanya 167 orang yang dievakuasi oleh militer.
Untuk melancarkan rencana tersebut, pada Februari 1946, Gubernur Militer Kepulauan Marshall, Komodor Ben H. Wyatt pergi ke Bikini Atoll untuk menyampaikan rencana tersebut kepada penduduk. Pada hari minggu setelah gereja, dia mengumpulkan para penduduk dan menanyakan ketersediaan mereka untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Penulis Jack Niedenthal dalam bukunya For the Good of Mankind (2001) menjelaskan, Komodor Wyatt memberikan alasan kepada penduduk Bikini bahwa "tes ini sangat penting untuk menghindari perang di masa depan". Akhirnya para penduduk setuju sesuai dengan arahan pemimpin mereka, King Juda.
"Kita akan pergi, dengan percaya bahwa semuanya berada di tangan Tuhan," ucap King Juda, dikutip Senin, (23/12/2024).
Selama periode 1946 sampai 1958, Amerika Serikat meledakkan sebanyak 23 perangkat nuklir di Bikini Atoll. 20 di antaranya adalah bom hidrogen.
Salah satunya adalah uji coba “Castle Bravo H-Bomb” pada 1 Maret 1954 yang mencapai hasil 15 megaton atau 1.000 kali lebih kuat daripada bom atom yang menghancurkan Nagasaki pada 1945.
Eksperimen Amerika Serikat di Bikini Atoll menyisakan beberapa fakta unik. Berdasarkan penelusuran Informasi.com dari berbagai sumber, ada dua fakta unik yang mungkin belum kamu ketahui.
Bom Atom Pertama Meleset dari Target
Bikini Atoll dipilih sebagai lokasi untuk Operasi Crossroads, sebuah program untuk menyelidiki efek ledakan nuklir pada kapal Angkatan Laut. Pada 1 Juli 1946, Test Able dilaksanakan.
Armada target yang terdiri dari 95 kapal diposisikan di laguna Bikini Atoll, dengan hewan percobaan babi, kambing, dan tikus ditempatkan di kapal sehingga para ilmuwan dapat mempelajari potensi efek radiasi pada awak kapal.
Pada pukul 9 pagi, sebuah pesawat pengebom B-29 terbang di atas laguna dan menjatuhkan bom atom, yang meledak 520 kaki dari permukaan dan meleset dari kapal target di tengah laguna sejauh 1.500 hingga 2.000 kaki, menurut laporan dari Atomic Heritage Foundation.
Bom tersebut hanya menenggelamkan lima kapal, tetapi kekuatan ledakan dan radiasi membunuh sekitar sepertiga dari hewan-hewan percobaan.
Uji Coba Kedua Menciptakan Tsunami
Dalam Test Baker pada 25 Juli 1946, militer AS mencoba pendekatan yang berbeda, dengan meledakkan bom di kedalaman 90 kaki di bawah permukaan air.
Hasilnya, ledakan tersebut memicu tsunami dengan gelombang setinggi 94 kaki. Gelombangnya sangat kuat sehingga mengangkat Kapal Arkansas, sebuah kapal seberat 27.000 ton.
Kini, Bikin Atoll berstatus Situs Warisan Dunia dari UNESCO, namun tidak dapat dihuni akibat kontaminasi radioaktif.
(Penulis: Daffa Prasetia)
Komentar (0)
Login to comment on this news