Sejarah Hari Ini: 8 Januari 1855, Pangeran Diponegoro Wafat

INFORMASI.COM, Jakarta - Demi menindas perlawanan Diponegoro (1825-1830), tulis sejarawan H.J. De Graaf dalam "Geschiedenis van Indonesie" (1949), Belanda telah mengerahkan segenap modal dan daya selama lima tahun yang hampir membangkrutkan negara kincir angin itu.
Setelah diasingkan selama hampir 30 tahun, salah satu bangsawan terkemuka dari Yogyakarta itu, meninggal dunia pada 8 Januari 1855, hari ini, 170 tahun yang lalu, di Benteng Rotterdam, Makassar.
Belanda menikmati masa damai yang panjang setelah menumpas sang pangeran dari Yogyakarta. Tetapi, perlawanan terhadap kolonialisme muncul lagi pada abad ke-20 dalam bentuk modern. Tidak lagi menggunakan senjata, namun menggunakan organisasi dan pendidikan.
Sejarah Hari Ini: 7 Januari 1979, Pol Pot dan Khmer Merah Digulingkan Dari KekuasaanDiponegoro lahir kembali sebagai inspirasi pergerakan rakyat. Hari kematian pemilik nama kecil Raden Mas Ontowiryo ini diperingati setiap tahun sebagai "Hari Diponegoro".
Menariknya, sebelum zaman kemerdekaan, Hari Diponegoro dirayakan setiap 8 Februari, bukan 8 Januari. Setelah sadar ada kekeliruan, peringatan kepergian sang pangeran kemudian dikoreksi menjadi setiap 8 Januari.
Almanak Pers Antara yang terbit pada 1978 mencatat, tanggal 8 Januari di tiap-tiap tahun diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Peringatan Pangeran Diponegoro.
Bahkan pada 8 Januari 1955, seratus tahun kepergian putra sulung Hamengku Buwono III itu diperingati secara resmi oleh Pemerintah Republik Indonesia di Istana Negara. Menurut Barlan Setiadidjaja dalam "Arti Angka-Angka Keramat Bagi Bangsa Indonesia dan Dunia Baru" (1965), Presiden Soekarno memberikan pidato khusus untuk mengenang pahlawan bangsa yang mendahuluinya.
Sejak berdiri pada 1923, menurut "Sejarah Nasional Indonesia V" (2019) yang disunting oleh M.D. Poesponegoro dan N. Notosusanto, Ksatryan Instituut yang dipelopori Douwes Dekker ditutup setiap tanggal 8 Februari. Ini dilakukan secara khusus untuk memeringati hari Pangeran Diponegoro wafat.
Inisiatif peringatan Diponegoro dimulai oleh Ki Hadjar Dewantoro dari Taman Siswa-nya. Sedangkan bagi Douwes Dekker sendiri, Diponegoro dianggap sebagai tokoh nasional tingkat pertama yang patut dihormati.
Selanjutnya, pada peringatan Hari Angkatan Perang Republik Indonesia pada 5 Oktober 1945, tulis Pramoedya dan kolega dalam "Kronik Revolusi Indonsia Jilid II" (1999), nama Diponegoro diabadikan sebagai nama divisi militer yang ada di Jawa Tengah. Kehormatan itu bertahan hingga sekarang.
Di tengah situasi penuh konfilk, tulis Wardiman Djojonegoro dalam "Sejarah Singkat Diponegoro" (2019), Pangeran Diponegoro mampu mempertahankan independensi karena dia berada di luar sistem keraton dan memiliki penghasilan sendiri dengan bertani di Tegalrejo.
Hubungan dekat antara sang pangeran dan para petani penggarap di tanah miliknya, catat Wardiman, menjadikan dia pada saat itu sebagai di antara pemilik tanah terkaya di kesultanan.
Pangeran Diponegoro memang sepantasnya dihormati oleh bangsa Indonesia. Kekayaan yang dia miliki tidak membuat sang bangsawan merasa eksklusif dan takut berkorban.
(Penulis: Dhia Oktoriza Sativa)
Komentar (0)
Login to comment on this news