Indonesia Waspadai Krisis Kesuburan, Disparitas Angka Kelahiran Terjadi di Daerah

INFORMASI.COM, Jakarta - Pemerintah tengah meningkatkan kewaspadaan munculnya tren penurunan angka kelahiran di sejumlah provinsi. Dalam pertemuan peringatan Hari Populasi Sedunia bersama UNFPA di Kantor PBB, Jakarta, Kamis (3/7/2025), Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga/BKKBN) menyoroti adanya disparitas tingkat kesuburan antardaerah.
Apa yang terjadi?
Menurut Kemendukbangga/BKKBN:
- • Angka kelahiran nasional (TFR) saat ini berada di angka 2,11 anak per perempuan.
- • Pertumbuhan penduduk sudah seimbang dengan laju 1,1 persen per tahun.
- • Disparitas TFR terjadi di berbagai daerah.
- • Angka di bawah 2: Jawa Timur (1,98) dan 3 provinsi lain.
- • Ideal di angka 2,1: Sebagian besar provinsi.
- • Angka tidak ideal di atas 2,2: Sulawesi Tenggara (2,49), NTT (2,7), Papua (2,67).
Mengapa ini penting?
- • Angka kelahiran terlalu rendah bisa memicu krisis kesuburan.
- • Angka kelahiran rendah berisiko menurunkan jumlah penduduk usia produktif.
- • Angka kelahiran terlalu tinggi bisa menghambat pengendalian pertumbuhan dan kualitas sumber daya manusia.
“ Kalau sudah (di angka) 2 dijaga, di bawah 2 harus hati-hati. Angka kritisnya itu 1,5. Kalau sudah turun, susah untuk naik lagi seperti Thailand dan Jepang. ”
— Bonivasius Prasetya Ichtiarto, Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan BKKBN, dalam peringatan Hari Populasi Sedunia Bersama UNFPA di Kantor PBB, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Apa yang dilakukan pemerintah?
Pemerintah telah menyiapkan Peta Jalan Pembangunan Kependudukan (PJPK) sebagai panduan kebijakan yang disesuaikan secara asimetris (tidak seragam) sesuai kondisi lokal.
Setiap daerah diminta menyusun rencana aksi lokal berbasis 30 indikator utama, di antaranya dengan mengukur:
- • Total Fertility Rate (TFR)
- • Pernikahan usia anak
- • Angka Kematian Ibu (AKI)
- • Angka Kematian Bayi (AKB)
- • Stunting
- • Pemerataan penduduk.
Kemendukbangga/BKKBN mengklaim PJPK telah diselaraskan dengan RPJMD dan rencana strategis daerah. Tujuan utama PJPK bukan hanya menjaga penduduk tumbuh seimbang, tetapi juga memastikan kualitas SDM dan persebaran penduduk yang merata.
- • Pemerintah akan terus mengidentifikasi faktor-faktor penyebab TFR rendah di berbagai daerah dan menyesuaikan intervensi.
- • Penekanan akan diberikan pada daerah dengan TFR tinggi maupun rendah agar tidak terjadi ketimpangan penduduk yang ekstrem di masa depan.
“ Kita harus memastikan bahwa jangan sampai ada yang krisis kesuburan, jangan sampai kita masih bergulat dengan adanya penduduk yang tidak terkendali. ”
— Bonivasius Prasetya Ichtiarto, Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan BKKBN.
Bagaimana dengan gambaran global?
Analisis Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington, AS, pada Studi Beban Penyakit, Cedera, dan Faktor Risiko Global 2021, melaporkan:
- • Tingkat kesuburan telah menurun di semua negara sejak 1950.
- • Tahun 1950–2021, TFR global menurun dari angka 4,84 menjadi 2,23.
- • Proyeksi IHME: TFR global diperkirakan turun ke 1,8 pada 2050 dan 1,6 pada 2100.
- • Tingkat fertilitas di bawah tingkat pengganti terjadi di 46 persen negara, akan meningkat menjadi 97 persen pada 2100.
- • Negara kaya mengalami baby bust (penurunan tajam angka kelahiran); Afrika masih tinggi.
(ANT/CNN.com/berbagai sumber untuk data)