Kenapa Hujan Masih Terjadi meski Sudah Bulan Juli?

INFORMASI.COM, Jakarta - Hujan masih terus mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia. Bahkan, hujan masih terlalu deras hingga menimbulkan bencana untuk bulan Juli yang biasanya kemarau.
Apa yang terjadi?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), maupun lembaga serupa di wilayah regional, menjelaskan bahwa meskipun sudah memasuki musim kemarau, curah hujan di Juli masih akan meningkat dibanding rata-rata.
Berikut alasan utamanya:
- • Musim kemarau tertunda.
- • Awalnya, BMKG menyebut musim kemarau dimulai April dan puncaknya antara Juni–Agustus.
- • Per 23 Juni 2025, BMKG merevidasi prediksi itu.
- • BMKG lantas menyatakan musim kemarau lebih pendek karena curah hujan masih tinggi.
- • Hanya 19 persen wilayah Indonesia yang benar-benar sudah masuk kemarau.
Curah Hujan di Beberapa Wilayah Melebihi Normal
- • Perkiraan ASEAN Seasonal Outlook; Juli 2025 berpotensi mengalami hujan di atas normal di sebagian besar wilayah Indonesia selatan dan timur.
- • BMKG menyebut kawasan selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Selatan–Timur berpotensi hujan lebat.
- • BMKG menegaskan potensi hujan ekstrem di Jakarta dan Jawa Barat masih berlangsung sepekan mendatang.
- • Setelah 8 Juli, intensitas hujan diperkirakan bergeser ke wilayah Indonesia tengah dan timur
“ Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan bahwa anomali curah hujan yang sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung dengan kondisi curah hujan di atas normal di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025. ”
— Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, dalam siaran pers, Selasa (8/7/2025).
Fenomena Monsoon dan Dinamika Atmosfer Global
BMKG menyebut kondisi atmosfer labil, dengan monsun Australia lemah, gelombang ekuator aktif (Rossby/Kelvin), serta suhu permukaan laut yang masih hangat, menimbulkan penumpukan awan hujan, konvergensi, dan labilitas atmosfer.
- • Monsun timur laut tetap aktif walaupun sudah memasuki kemarau—memungkinkan hujan episodik.
- • Madden-Julian Oscillation (MJO): dapat membawa lompatan hujan tiba-tiba saat fase aktif di musim kemarau.
- • El Nino–La Nina/ENSO & IOD: La Nina lemah yang terjadi tetap mendukung curah hujan lebih tinggi dari rata-rata.
Dampak Bencana Hidrometeorologi Terkini
BMKG dan BNPB melaporkan berbagai kejadian antara awal Juli:
- • Curah hujan ekstrem merata di 53% wilayah, termasuk Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
- • BMKG mengimbau waspada hingga 12 Juli 2025 terhadap Banjir, banjir bandang, longsor, dan angin kencang.
- • Wilayah siaga hingga 12 Juli: Sulbar, Maluku, Papua Pegunungan.
- • Waspadai pula potensi rob karena efek fase perigee & bulan baru (akhir Juni–awal Juli).
- • Banjir, rob, longsor terjadi di Jabodetabek; 3 orang meinggal, 2 hilang, hampir 10 ribu warga mengungsi.
- • Banjir juga terjadi di Jembrana dan Tabanan (Bali), Mataram (NTB), Donggala (Sulteng), Bone (Sulsel), dll.
- • Beberapa insiden meyebabkan korban jiwa atau bangunan rusak, data spesifik masih terus dikumpulkan.
Kapan Musim Hujan Berakhir?
- • Hujan ekstrem diprediksi berlangsung hingga 12 Juli, mungkin meluas hingga akhir Juli di beberapa wilayah.
- • Monsun dan dinamika atmosfer menyebabkan musim kemarau kemahalan basah (wet-dry anomaly).
- • Juli masih masa transisi, dan cuaca basah (hujan) masih mungkin terjadi.
- • Puncak musim kemarau yang ditandai minim hujan dan kelembapan rendah baru akan terasa Agustus–November, tergantung wilayahnya.
(ANT/REU)