Eksportir Kerajinan Yogyakarta Incar Pasar Eropa usai AS Terapkan Tarif Resiprokal

Eksportir Kerajinan Yogyakarta Incar Pasar Eropa usai AS Terapkan Tarif Resiprokal
Perajin memproduksi kerajinan berbahan baku bambu di Moyudan, Sleman, D.I Yogyakarta, Kamis (3/9/2024). (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/agr/nz)

INFORMASI.COM, Yogyakarta - Eksportir kerajinan asal Daerah Istimewa Yogyakarta mulai mengalihkan fokus ke pasar Uni Eropa setelah Amerika Serikat resmi memberlakukan tarif impor resiprokal atau timbal balik sebesar 19% untuk produk Indonesia per 7 Agustus 2025.

Apa kata Disperindag DIY

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY Yuna Pancawati pada Kamis (14/8/2025) mengatakan:

  • Pelaku usaha kerajinan mulai menguatkan di pasar Eropa.
  • Dampak tarif berbeda-beda per komoditas. Tekstil relatif aman, tapi kerajinan mulai tertekan.
  • Sebagian pembeli AS menegosiasikan harga turun 3–4%, sementara pembeli kecil menekan hingga separuh tambahan tarif.

Kenapa Eropa?

  • Uni Eropa jadi opsi strategis setelah penandatanganan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang menghapus banyak hambatan tarif.
  • Pasar Eropa dianggap lebih stabil untuk jangka panjang.

Konteks tarif AS:

  • Kebijakan Presiden Donald Trump berlaku untuk 67 negara dengan tarif 15–50%.
  • Tertinggi: India & Brasil (50%), Laos & Myanmar (40%), Swiss (39%).
  • Indonesia, Kamboja, Malaysia, Filipina, dan Thailand terkena 19%, terendah setelah Singapura (10%).

Apa langkah selanjutnya?

  • Disperindag DIY tengah merancang skema untuk mempertemukan industri kecil dan menengah (IKM) di DIY dengan para buyer dari pasar non-tradisional.
  • Tujuannya, agar tercipta diversifikasi pasar sehingga aktivitas ekspor tak hanya bergantung pada pasar utama seperti AS.

(ANT)

BAGIKAN
Anda harus login untuk memberikan komentar.