Ekonomi Dunia Lesu, Restriksi Perdagangan & Overproduksi Tiongkok

INFORMASI.COM, Jakarta - Presiden Joko Widodo menyebut ekonomi global masih dalam tren pertumbuhan yang lambat. Bahkan, Jokowi beranggapan kondisi ekonomi saat ini belum pulih.
Hal itu diungkapkan Jokowi saat membuka Trade Expo Indonesia (TEI) ke-39 Tahun 2024 di Hall Nusantara, Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten, Rabu (9/10/2024).
“Ekonomi global masih tumbuh lambat di kisaran 2,6 persen, 2,7 persen. Inflasi juga masih menghantui banyak negara. Perkiraan inflasi global di kisaran 5,9 persen," kata Presiden.
Jelang Lengser, Jokowi Tetapkan Dua Kawasan Ekonomi KhususKondisi mengenaskan itu ditambah parah dengan pecahnya perang konvensional di sejumlah kawasan. Bukan cuma perang konvensional, perang dagang pun masih terus berlangsung sehingga membuat banyak negara mengeluarkan kebijakan restriksi perdagangan.
Restriksi perdagangan di sini bisa dimaknai sebagai sebuah regulasi atau peraturan pemerintah untuk membatasi perdagangan bebas antar-negara. Bisa jadi, sebuah negara tidak mau mengekspor komoditas unggulannya ke negara lain, atau memperketat impor komoditas dari negara lain.
"Setidaknya ada 19 negara yang melakukannya, semua itu membuat volume perdagangan global menjadi lesu," kata Jokowi.
Meskipun demikian, kata Jokowi, sejatinya fenomena ini merupakan sebuah peluang untuk Indonesia. Peluang itu bisa dimanfaatkan salah satunya lewat Trade Expo yang memungkinkan penjual dan pembeli dari berbagai negara untuk bertemu.
"Saat banyak negara melakukan restriksi akibat perang dagang, menurut saya di situ ada peluang. Saat banyak negara mengalami inflasi tinggi, menurut saya di sana juga ada peluang," kata Jokowi.
Fenomena pengeluaran restriksi perdagangan pun kian meluas dipicu oleh kondisi overproduksi di Tiongkok. Pasalnya, overproduksi ini memicu kekhawatiran membanjirnya produk impor murah dari Negeri Tirai Bambu.
Bukan Batu Bara atau Nikel, Kekuatan Ekonomi RI Ada di LautUntuk itu, kata Presiden, Indonesia yang memiliki populasi terbesar keempat dunia harus mampu melindungi pasar domestik dan memperkuat ekspor produk unggulan ke luar negeri.
“Kita sebagai negara dengan pasar yang besar, dengan jumlah penduduk terbesar keempat dunia, 280 juta jiwa, harus mampu melindungi pasar domestik kita, harus mampu memasarkan produk-produk kita agar kita mampu menguasai pasar di dalam negeri dan juga terus merambah secara luas di pasar luar negeri,” ungkap Presiden.
Menghadapi perang dagang dan inflasi yang melanda banyak negara, Presiden melihat adanya peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisi di pasar global. Menurutnya, era digital harus dimanfaatkan secara maksimal dalam memasarkan produk Indonesia.
“Kita harus mampu memanfaatkan momentum ini untuk mendorong pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi lagi dan meningkatkan kualitas dan daya saing produk-produk kita serta bisa merambah ke pasar yang lebih luas lagi,” ujar Presiden.
Komentar (0)
Login to comment on this news