Joaquin Phoenix dan Pedro Pascal Berseteru di Eddington, Film Berat?

Joaquin Phoenix dan Pedro Pascal Berseteru di Eddington, Film Berat?
Foto: A24

INFORMASI.COM, Jakarta - Dua aktor papan atas Hollywood, Joaquin Phoenix (Joker) dan Pedro Pascal (Joel Miller, The Last of Us), dipertemukan dalam pertarungan politik yang suram di film terbaru mereka berjudul Eddington.

Film yang disutradarai Ari Aster itu menyajikan satir politik gaya neo‑Western tentang masa pandemi Covid-19 dan perbedaan kultur warga Amerika Serikat. Apakah duel akting dua bintang yang tengah bersinar dalam 5 tahun ke belakang itu mampu membuat Eddington layak dinikmati?

Premis film

Eddington berlatar tahun 2020. Itu adalah nama kota kecil di New Mexico, AS. Tulang punggung film yakni suasana ketika pandemi Covid-19 berlangsung. Berbagai kebijakan seperti penggunaan masker secara masif, pembatasan gerak manusia (lockdown), dan intrik politik menjadi cerita utama.

Sheriff konservatif Joe Cross (Joaquin Phoenix) dengan walikota progresif Ted Garcia (Pedro Pascal) sering terlibat bentrok. Perseteruan ini mencerminkan ketegangan politik dan sosial di AS pada saat itu.

Pemeran utama dan karakternya

  • Joaquin Phoenix tampil sebagai Joe Cross, sheriff karismatik tapi rapuh secara emosional. Ia kemudian mencalonkan diri jadi walikota demi memberi makna atas hidupnya yang hancur.
  • Pedro Pascal menjadi Ted Garcia, walikota yang tampan tapi rapuh. Memiliki hubungan kompleks masa lalu dengan istri Joe bernama Louise yang diperankan Emma Stone.
  • Emma Stone atau Louise Cross, terjebak dalam paranoia, konspirasi, dan tekanan pribadi yang menyatu dengan chaos sosial.

Roger Ebert, menyebut Eddington sebagai film campur-aduk yang memadukan noir, komedi gelap, dan elemen western modern. Film ini, kata Roger Ebert, menggambarkan dilema identitas, akar politik, dan kegilaan digital tanpa sok memberi kesimpulan.

Justru, konspirasi dan konflik ras dijadikan bahan satir sehingga Eddington mampu menampilkan gambaran masyarakat AS yang sebenarnya.

Kritik utama

Meski film yang disebut ambisius itu bsia ditonton siapa saja, namun ada sejumlah catatan dari kritikus.

  • Narasi berlebihan tanpa substansi: Banyak kritikus menyebut film ini provokasi kosong yang menghadirkan banyak isu tapi gagal menawarkan pandangan kritis yang bermakna.
  • Perpaduan yang dipaksakan. Perpaduan dark comedy, drama politik, dan thriller terasa dipaksakan. Tempo lamban dan pacing yang tidak konsisten banyak membebani tiga pemeran utamanya.
  • Naskahnya terlalu berat: Phoenix, Pascal, dan Stone dinilai kurang bisa bersinar karena dialog yang terlalu berat dengan cerita yang stagnan.
  • Tempo lamban, bikin capek. Durasi 148–149 menit terasa padat dan melelahkan untuk film dengan dialog berat dan satir politik yang dinilai kritikus kurang bermakna.

Siapa cocok nonton Eddington?

  • Pecinta film sosial, politik, dan ideologis. Film dengan dialog berat dan intrik politik ini bukan untuk dinikmati, tapi untuk menjadi bahan diskusi.
  • Penggemar Joaquin Phoenix & Pedro Pascal. Sebetulnya sudah terbiasa dengan dialog panjang, tapi soal bobot naskah yang agak berat membuat kedua terbatas. Untungnya mereka mampu tampil maksimal dalam karakter yang menantang.
  • Penikmat sinematik gelap & sinis.

Info Film

  • Durasi: 149 menit
  • Genre: Satire politik
  • Tanggal Premiere: Cannes Film Festival pada 16 Mei 2025, Amerika Serikat pada 18 Juli 2025.
BAGIKAN
Anda harus login untuk memberikan komentar.