Netanyahu Kunjungi AS, Abaikan Surat Penangkapan ICC

Netanyahu Kunjungi AS, Abaikan Surat Penangkapan ICC
Presiden AS Donald Trump menyambut kunjungan PM Israel Benjamin Netanyahu. (Foto: IsraeliPM)

INFORMASI.COM, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan kunjungan ke Washington D.C. pada 7–8 Juli 2025 untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump dan sejumlah tokoh Partai Republik.

Kenapa Ini Penting?

  • Kunjungan ini memicu kemarahan berbagai kelompok pro-Palestina dan aktivis anti-imperialisme di AS.
  • Meski ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan, Netanyahu justru disambut hangat oleh Presiden Donald Trump dan kembali membahas ide relokasi warga Gaza.
  • AS bukan anggota Statuta Roma, sehingga tak berkewajiban menangkap Netanyahu.

Latar Belakang

  • Netanyahu datang menghadiri jamuan makan malam bersama Trump dan membahas rencana gencatan senjata.
  • Ia juga secara simbolis menyerahkan surat nominasi Nobel Perdamaian untuk Trump, dengan mengacu pada peran Trump dalam kesepakatan Abraham Accords.
  • Kunjungan ini menandai yang ketiga dalam enam bulan terakhir, dan memperkuat aliansi politik pribadi Netanyahu–Trump.

Peluang terbuka di sini untuk memperluas lingkaran perdamaian, memperluas Kesepakatan Abraham. Kami sedang mengerjakan ini dengan penuh semangat.

— Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

Protes dan Penolakan

  • Aktivis dari Palestinian Youth Movement dan ANSWER Coalition turun ke jalan meneriakkan “Bibi out of DC now!”
  • Zohran Mamdani, kandidat Wali Kota New York dari kalangan sosialis demokrat, menegaskan bahwa jika Netanyahu berkunjung ke New York, ia akan ditangkap.
  • Netanyahu membalas ancaman Mamdani dengan santai dan akan tetap ke New York.
  • Trump menjamin keamanan Netanyahu dan menyebut jika PM Israel tersebut ditangkap, Gedung Putih akan membebaskannya.

Kunjungan PM Israel Benjamin Netanyahu ke Washington D.C. memicu kecaman luas karena dilakukan di tengah statusnya sebagai buronan ICC. Dukungan terbuka dari Trump semakin menegaskan aliansi politik keduanya. (Peoples Dispatch/New York Post)

BAGIKAN

Popular

DATA
UPDATES