China Perketat Ekspor Teknologi Baterai Kendaraan Listrik

China Perketat Ekspor Teknologi Baterai Kendaraan Listrik
China membatasi ekspor teknologi baterai kendaraan listrik. (Foto: Freepik)

INFORMASI.COM, Beijing - Pemerintah China resmi memberlakukan pembatasan ekspor terhadap delapan teknologi kunci baterai kendaraan listrik (EV). Langkah ini mempertegas dominasi Beijing dalam rantai pasok global kendaraan listrik dan memperluas "perang teknologi" dari bahan mentah ke ranah hak kekayaan intelektual.

Apa yang Terjadi?

  • Mulai pertengahan Juli 2025, perusahaan China wajib mengantongi izin ekspor jika ingin mentransfer teknologi baterai EV, baik melalui perdagangan, investasi, atau kerja sama teknologi ke luar negeri.
  • Izin ekspor ini juga termasuk teknologi katoda baterai untuk lithium iron phosphate (LFP), lithium manganese iron phosphate (LMFP), serta lima metode ekstraksi dan pemurnian litium yang jadi fondasi produksi baterai masa depan.
  • Saat ini, China menguasai 94 persen kapasitas produksi LFP global dan 70 persen pasokan litium olahan dunia.
  • Baterai buatan China digunakan oleh produsen global seperti Tesla, Stellantis, dan Ford.

Pembatasan ekspor akan membantu mencegah teknologi penting mengalir ke luar negeri dan menjaga keunggulan kompetitif perusahaan China dalam rantai nilai energi baru.

— Mantan Sekretaris Jenderal China Industrial Association of Power Sources, Liu Yanlong

Apa Dampaknya?

  • Rencana ekspansi global raksasa baterai China seperti CATL, BYD, dan Gotion menghadapi ketidakpastian.
  • Pasar seperti Eropa dan AS mendorong produksi lokal, sementara pembatasan ini bisa menghambat alih teknologi.
  • Meskipun larangan hanya mencakup teknologi hulu (bukan manufaktur modul/baterai sel), negara-negara seperti Jepang, Korea, dan AS mulai mempercepat pengembangan teknologi baterai generasi berikutnya.
  • Dengan mengontrol produksi dan teknologi bahan katoda, China bisa menghambat upaya negara lain membangun rantai pasok EV independen.

Mengapa Ini Penting?

  • Pembatasan ini bukan hanya soal ekonomi, tapi bagian dari strategi geopolitik untuk mempertahankan kekuatan industri masa depan, mulai dari EV, AI, hingga semikonduktor.
  • Pakar menilai ini memperdalam “tech decoupling” global. Seperti embargo semikonduktor oleh AS, kini China membalas lewat kontrol bahan dan proses energi baru.
  • Dampak jangka pendek diperkirakan minim, karena pabrik luar negeri seperti milik CATL (di Jerman dan Hongaria) atau BYD (Thailand dan Brasil) hanya merakit, tanpa proses teknologi yang dibatasi.

China sedang mengunci posisi sebagai raja baterai EV dunia, dan kini memperkuat bentengnya dengan melarang ekspor teknologi paling vital. Dunia barat harus berpacu lebih cepat atau semakin tertinggal dalam revolusi kendaraan masa depan. (South China Morning Post/Axios)

BAGIKAN
Anda harus login untuk memberikan komentar.