Israel dan Suriah Gencatan Senjata usai Bentrokan Berdarah di Suwayda

INFORMASI.COM, Jakarta - Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyepakati gencatan senjata menyusul bentrokan sengit di Suwayda, wilayah selatan Suriah yang mayoritas dihuni komunitas Druze.
Mengapa penting?
Kesepakatan ini mengakhiri ketegangan bersenjata lintas batas antara dua negara yang secara resmi masih dalam keadaan perang, dan menyoroti peran komunitas minoritas seperti Druze dalam dinamika konflik regional.
Detail terbaru
- • Gencatan senjata diumumkan Sabtu oleh Utusan Khusus AS untuk Suriah, Tom Barrack, yang juga menjabat sebagai Duta Besar AS untuk Turki.
- • Kesepakatan tercapai melalui perundingan yang dimediasi oleh AS dengan dukungan dari Turki, Yordania, dan sejumlah negara lainnya.
- • Barrack menyerukan kepada semua kelompok agama dan etnis di Suriah, termasuk Druze, Badui, dan Sunni, untuk meletakkan senjata dan mendukung persatuan nasional.
“ Saat ini bukan waktunya untuk membela garis sektarian, tapi untuk menyelamatkan nyawa dan mempertahankan keutuhan bangsa Suriah. ”
— Tom Barrack dalam konferensi pers di Ankara, Sabtu (19/7).
Angka korban
- • Menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di London, jumlah korban tewas akibat bentrokan di Suwayda mencapai 718 orang.
- • Namun, Kementerian Kesehatan Suriah melaporkan 260 orang tewas dan 1.698 lainnya luka-luka.
Sebelumnya
- • Pada Rabu, 16 Juli, Israel meluncurkan serangan udara ke Damaskus yang menargetkan Kementerian Pertahanan Suriah, serta pasukan pemerintah di Suwayda.
- • Serangan itu disebut sebagai respons atas dugaan penindasan terhadap komunitas Druze yang dituding bekerja sama dengan Israel.
Reaksi dalam negeri Suriah
- • Dewan Fatwa Tertinggi Suriah menyatakan bahwa meminta bantuan dari “rezim Israel”, menyakiti warga sipil, dan memicu konflik sektarian adalah haram.
- • Lembaga itu menegaskan kewajiban pemerintah untuk melindungi seluruh rakyat tanpa diskriminasi sektarian serta menjamin hak membela diri bagi kelompok tertindas.
“ Meminta bantuan dari entitas pendudukan [Israel], menyakiti warga sipil, dan memprovokasi konflik sektarian adalah haram secara syar’i. ”
— Dewan Fatwa Tertinggi Suriah dalam keterangannya.
Reaksi komunitas Druze
- • Sheikh Mowafaq Tarif, pemimpin spiritual komunitas Druze di Israel utara, menyambut baik gencatan senjata dan menyerukan ketenangan di seluruh perbatasan.
- • Ia juga meminta pemerintah Israel berperan aktif memastikan keamanan komunitas Druze di seluruh wilayah, baik di dalam maupun luar negeri.
“ Kami menyerukan kepada semua pihak, terutama saudara-saudara kami di Suriah, untuk menghentikan pertumpahan darah dan menjaga persatuan. ”
— Sheikh Mowafaq Tarif, Jumat malam.
Gambaran besar
Gencatan senjata ini menyoroti kompleksitas konflik di Suriah, yang kini mencakup dimensi sektarian, geopolitik, dan pengaruh eksternal. Peran komunitas Druze, yang tersebar di Suriah, Israel, dan Lebanon, membuat konflik di Suwayda berpotensi memicu gejolak lebih luas di kawasan Dataran Tinggi Golan dan sekitarnya.
(IRNA/OANA/ANT/Aljazeera)