Suriah Mulai Tenang setelah 1.000 Orang Tewas dalam Konflik Sweida

INFORMASI.COM, Jakarta - Suasana tenang dilaporkan mulai terasa di Sweida, Suriah selatan, setelah seminggu kekerasan berdarah antara milisi Druze, suku Bedouin, dan pasukan pemerintah yang menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Apa yang Terjadi?
- • Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mencatat sedikitnya 1.011 orang tewas.
- • Jumlah korban tewas termasuk 336 pejuang Druze, 298 warga sipil Druze, 194 di antaranya dieksekusi langsung oleh pasukan pemerintah, 342 personel keamanan Suriah, 21 anggota suku Bedouin, termasuk 3 warga sipil yang diduga dibunuh oleh milisi Druze dan 15 tentara tewas akibat serangan udara Israel.
- • Kekerasan dipicu oleh rangkaian penculikan timbal-balik yang melibatkan komunitas Druze dan Bedouin di Sweida, wilayah mayoritas Druze di selatan Suriah.
- • Israel melakukan serangan udara ke Damaskus dan konvoi militer Suriah dengan dalih melindungi komunitas Druze, yang dianggap sebagai sekutu minoritas loyal di Israel.
- • Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa, mengumumkan gencatan senjata pada Sabtu (19/7) setelah mediasi AS dan negara Arab. Namun, baku tembak sempat berlanjut hingga Minggu (20/7/2025) pagi.
Situasi saat Ini
- • Pada Minggu (20/7), milisi Bedouin menarik diri dari kota Sweida.
- • Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah menyatakan kota kini telah dibersihkan dari seluruh milisi Bedouin dan pertempuran di lingkungan kota telah berhenti.
- • 32 truk bantuan dari Bulan Sabit Merah Suriah mulai masuk, membawa makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan.
- • Israel dan Kementerian Kesehatan Suriah juga dilaporkan akan mengirim pasokan medis tambahan.
- • Di balik ketenangan ini, warga masih kekurangan air, listrik, dan layanan medis.
Kenapa Ini Penting?
- • Lebih dari 1.000 orang tewas dalam sepekan, menjadikannya konflik paling mematikan di Suriah sejak jatuhnya rezim Assad.
- • Menggoyahkan otoritas Presiden sementara Ahmed al-Sharaa, yang baru delapan bulan memimpin setelah berkuasa melalui pemberontakan.
- • Memperbesar risiko disintegrasi Suriah, dengan meningkatnya ketegangan sektarian antara Druze dan Bedouin serta campur tangan pihak asing.
- • Intervensi Israel membuka babak baru konflik regional, sekaligus mempersulit posisi Suriah dalam menstabilkan wilayah selatan.
- • Krisis kemanusiaan memburuk, dengan ribuan warga mengungsi, rumah sakit lumpuh, dan minimnya akses air, listrik, serta obat-obatan.
“ Ambisi perdamaian kini dibayangi oleh kekejaman brutal yang melemahkan otoritas negara. ”
— Utusan Khusus AS untuk Suriah, Tom Barrack
Meski kekerasan mereda dan milisi Bedouin telah mundur, gencatan senjata di Sweida masih rapuh. Dengan krisis kemanusiaan yang belum tertangani dan luka sektarian yang menganga, tantangan terbesar Suriah bukan hanya menghentikan senjata, tetapi memulihkan kepercayaan, otoritas negara, dan masa depan bersama. (The Guardian/The Times of Israel)