182 Hari Menjabat, Trump Pamer Pencapaian Ekonomi

182 Hari Menjabat, Trump Pamer Pencapaian Ekonomi
Presiden AS Donald Trump. (Foto: The White House)

INFORMASI.COM, Jakarta – Pada Senin (21/7/2025), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J. Trump mengklaim ekonomi AS telah “kembali ke jalurnya” setelah enam bulan pertama masa jabatan keduanya. Klaim ini didukung oleh sederet data ekonomi yang, menurut Gedung Putih, menunjukkan pemulihan cepat dari krisis inflasi era Biden dan kembalinya “kepercayaan diri” pasar.

Apa yang Terjadi?

  • Inflasi inti stabil di 2,1 persen, selaras dengan target The Fed dan jadi yang terendah sejak periode pertama Trump.
  • Harga grosir tidak naik di bulan terakhir, menunjukkan tekanan inflasi mereda.
  • Produksi industri naik lebih tinggi dari ekspektasi, dengan output manufaktur tumbuh 1,8 persen dalam 5 bulan, berbanding terbalik dengan penurunan 0,7 persen sebelum Trump dilantik.
  • Penerimaan tarif impor tembus US$120 miliar, rekor baru, dengan US$7 miliar masuk hanya dalam sepekan terakhir.
  • Penjualan ritel di bulan Juni melonjak, mencerminkan kepercayaan konsumen dan daya beli yang kuat.
  • Sentimen konsumen naik tajam di Juli, sementara ekspektasi inflasi tahunan menurun drastis.
  • Klaim pengangguran awal menurun lima minggu berturut-turut, menguatkan data pasar tenaga kerja.
  • Pembangunan rumah dan izin baru meningkat, menandakan sektor properti ikut menggeliat.

Harga barang grosir flat, di bawah ekspektasi pasar dan menggarisbawahi kemajuan luar biasa yang telah dicapai dalam mengatasi krisis inflasi era Biden.

— Pernyataan Resmi Gedung Putih

Kenapa Ini Penting?

  • Ekonomi jadi senjata utama Trump untuk merebut suara pemilih.
  • Inflasi rendah berarti harga barang lebih stabil, membantu daya beli masyarakat.
  • Produksi dan belanja yang meningkat menunjukkan ekonomi domestik kembali aktif.
  • Penerimaan negara naik dari tarif, memperkuat anggaran dan menunjukkan posisi tawar AS dalam perdagangan.
  • Konsumen lebih percaya diri, yang mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
  • Pasar kerja tetap solid, memberi sinyal bahwa perusahaan masih melakukan perekrutan.

Catatan Ekonom

  • The Economist melaporkan belum semua orang merasakan manfaat dari kebijakan ekonomi Trump, terutama masyarakat berpenghasilan rendah atau pekerja informal.
  • Risiko perang dagang baru tetap ada, karena kebijakan tarif tinggi Trump bisa picu respons dari Uni Eropa atau China.
  • Surplus anggaran belum tentu berkelanjutan, sementara utang nasional terus bertambah.
  • Kebijakan Trump fokus ke pertumbuhan cepat, tapi bisa mengorbankan stabilitas fiskal jangka panjang.
  • Approval rating Trump masih terbelah, menandakan ekonomi bukan satu-satunya pertimbangan pemilih.

Trump mengandalkan data ekonomi untuk mengokohkan legitimasi politiknya di awal masa jabatan kedua. Dengan inflasi yang jinak, produksi melonjak, dan belanja rumah tangga menggeliat, ia ingin menunjukkan bahwa “Trumponomics” masih relevan. Ekonomi jadi senjata utama Trump untuk mengamankan dukungan politik menjelang mid-term election 2026.

BAGIKAN
Anda harus login untuk memberikan komentar.