AS Kembali Tinggalkan UNESCO, Trump Kritik Lembaga Ini Terlalu "Woke"

INFORMASI.COM, Jakarta - Amerika Serikat (AS) kembali menarik diri dari lembaga budaya PBB, UNESCO, hanya dua tahun setelah bergabung kembali di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden. Keputusan ini diumumkan Selasa (22/7/2025) dan menandai ketiga kalinya AS keluar dari badan yang berbasis di Paris tersebut, serta yang kedua kalinya di bawah Presiden Donald Trump.
Apa yang Terjadi?
- • Presiden Donald Trump memutuskan menarik kembali Amerika Serikat dari UNESCO, hanya dua tahun setelah AS bergabung kembali di bawah pemerintahan Biden.
- • Gedung Putih menyebut alasan utama penarikan diri adalah sikap UNESCO yang dianggap bias terhadap Israel dan mendukung agenda “woke” yang memecah belah.
- • Ini adalah ketiga kalinya AS keluar dari UNESCO dan kedua kalinya di bawah pemerintahan Trump.
- • Penarikan diri ini mengikuti pola Trump sebelumnya yang keluar dari WHO, Dewan HAM PBB, perjanjian iklim Paris, dan kesepakatan nuklir Iran.
“ Presiden Trump telah memutuskan untuk menarik AS dari UNESCO, yang mendukung agenda sosial dan budaya ‘woke’ yang memecah belah dan sama sekali tidak sejalan dengan kebijakan akal sehat yang dipilih rakyat Amerika pada bulan November. ”
— Wakil Juru Bicara Gedung Putih, Anna Kelly
Kenapa Ini Penting?
- • Menandai kembalinya kebijakan luar negeri AS yang anti-multilateralisme di bawah Presiden Trump.
- • Menunjukkan arah baru politik luar negeri AS yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kerja sama internasional.
- • Bisa memperlebar jarak antara AS dan komunitas global dalam isu-isu pendidikan, budaya, dan ilmu pengetahuan.
- • Mengurangi pengaruh AS dalam menentukan agenda-agenda UNESCO, termasuk penetapan situs warisan dunia.
- • Menambah ketidakpastian atas masa depan pendanaan dan stabilitas program-program budaya internasional yang selama ini didukung AS.
Apa Itu “Woke” yang Dikritik Trump?
- • Istilah “woke” awalnya berasal dari gerakan hak-hak sipil Afrika-Amerika, yang berarti “sadar” terhadap ketidakadilan sosial, rasisme, dan diskriminasi.
- • Dalam beberapa tahun terakhir, istilah ini berkembang menjadi label bagi agenda-agenda progresif, seperti keberagaman gender, hak LGBTQ+, dan dekolonisasi budaya.
- • Kaum konservatif di AS, termasuk Trump, kerap menggunakan “woke” sebagai istilah negatif untuk menggambarkan kebijakan atau program yang dianggap terlalu liberal atau ideologis.
- • Trump menuding UNESCO telah terlalu banyak mendukung isu-isu seperti identitas gender dan narasi dekolonisasi yang dianggap tidak sesuai dengan “nilai-nilai sehat” yang dipilih mayoritas pemilih AS.
- • Kritik terhadap agenda “woke” menjadi tema utama dalam kampanye Trump dan menjadi dasar kebijakan penarikan diri dari berbagai lembaga multilateral.
Dampak Penarikan Diri
- • Kontribusi AS terhadap anggaran UNESCO saat ini sekitar 8 persen, turun dari 20 persen saat Trump pertama kali menarik diri pada 2018.
- • Meski lebih kecil, keputusan ini tetap menjadi pukulan simbolis terhadap kerja sama internasional di bidang budaya, sains, dan pendidikan.
- • Penarikan diri ini memperlemah posisi AS dalam menetapkan arah kebijakan global terkait pelestarian budaya, warisan dunia, dan pendidikan.
- • Langkah ini juga menambah daftar badan PBB yang ditinggalkan AS di bawah Trump, termasuk WHO dan UNRWA.
- • Kebijakan tersebut menunjukkan prioritas pemerintahan Trump yang lebih mengutamakan kebijakan luar negeri berbasis nasionalisme dan kedaulatan domestik.
Langkah keluar dari UNESCO ini menunjukkan arah kebijakan luar negeri AS di bawah Trump yang kembali menekankan nasionalisme dan penolakan terhadap lembaga multilateral. Keputusan ini dapat memperlebar jarak AS dari komunitas internasional dalam isu-isu pendidikan, budaya, dan sains global. (Global News)