Stockholm Jadi Ajang Tarik-Ulur Baru AS dan China soal Perang Dagang

INFORMASI.COM, Jakarta - Amerika Serikat (AS) dan China akan kembali duduk satu meja di Stockholm pada Senin (28/7/2025), dalam upaya menahan laju perang dagang yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Dengan tenggat 12 Agustus semakin dekat, kedua negara berusaha mencapai kesepakatan yang dapat mencegah lonjakan tarif impor hingga lebih dari 100 persen.
Apa yang Terjadi?
- • Negosiator senior AS dan China bertemu di Stockholm untuk membahas konflik dagang jangka panjang yang memicu perang tarif global.
- • Pertemuan dipimpin oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng.
- • Fokus utamanya, adalah mencegah tarif impor ekstrem yang bisa kembali diberlakukan jika tak ada kesepakatan sebelum 12 Agustus 2025.
- • Diskusi berlangsung sehari setelah Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bertemu Presiden AS Donald Trump di Skotlandia guna membahas pakta dagang Uni Eropa-AS.
- • Pertemuan ini menjadi sorotan global karena berpotensi menentukan arah hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, sekaligus nasib rantai pasok internasional.
Fokus Negosiasi di Stockholm
- • AS ingin memperpanjang tenggat 12 Agustus dan mendorong China mengurangi ketergantungan ekspor.
- • China menuntut penghapusan tarif berlapis hingga 55 persen dan pelonggaran pembatasan ekspor teknologi tinggi dari AS.
- • Negosiasi sebelumnya di Jenewa dan London belum menyentuh isu struktural ekonomi seperti subsidi industri dan dominasi ekspor China.
Potensi Eskalasi Tarif
- • Jika tak ada kesepakatan lanjutan, tarif AS terhadap barang China bisa melonjak ke 145 persen.
- • Tarif China terhadap barang AS naik hingga 125 persen.
- • Saat ini, China menghadapi tarif 20 persen terkait krisis fentanyl, 10 persen tarif timbal balik, dan 25 persen pada barang-barang industri sejak masa jabatan pertama Trump.
Strategi Tekanan dan Negosiasi AS
- • Trump sukses menekan Jepang, Vietnam, dan Filipina untuk menerima tarif 15–20 persen.
- • Kini, ia menargetkan kesepakatan serupa dengan Uni Eropa dan China.
- • Dua pejabat dagang senior AS, yakni Menteri Perdagangan Howard Lutnick dan Kepala USTR Jamieson Greer, akan mengikuti pembicaraan di Skotlandia dan Stockholm.
- • Trump menyebut peluang kesepakatan dengan Uni Eropa adalah 50:50.
“ Pertemuan di Stockholm adalah peluang awal untuk membangun landasan menuju kunjungan Trump ke China. ”
— Wakil Presiden Asia Society Policy Institute, Wendy Cutler.
Pertemuan Trump-Xi di Ujung Jalan?
- • Spekulasi berkembang bahwa Trump bisa mengunjungi China pada Oktober 2025 jika negosiasi berjalan lancar.
- • Trump sebelumnya dikabarkan sedang mempertimbangkan kunjungan bersejarah ke China untuk membahas isu perdagangan dan keamanan. Namun, eskalasi tarif dapat membatalkan rencana ini.
Gambaran Lebih Luas
- • AS telah lama menekan China untuk mereformasi model ekonomi yang digerakkan oleh ekspor dan subsidi negara.
- • Reformasi ekonomi dalam negeri China dinilai penting untuk mendorong konsumsi domestik dan menyelesaikan krisis properti.
- • Michael Froman, eks-Kepala USTR era Presiden Barrack Obama, menyebut perubahan ini telah jadi target AS selama dua dekade, namun belum pernah tercapai.
Pertemuan Stockholm bukan soal hasil cepat, tapi bisa jadi fondasi penting menuju kompromi jangka panjang antara dua kekuatan ekonomi global. Jika gagal, dunia bisa kembali terseret dalam turbulensi rantai pasok dan perang tarif besar-besaran. (MarketScreener)