Gencatan Tarif AS-China Diperpanjang 90 Hari

Ilustrasi perang dagang AS-China (Foto: Freepik)
INFORMASI.COM, Jakarta – Presiden AS Donald Trump pada Senin (11/8/2025) menandatangani perintah eksekutif untuk memperpanjang gencatan tarif dengan China selama 90 hari. Langkah ini diambil beberapa jam sebelum kesepakatan sementara itu berakhir pada Selasa, di tengah upaya kedua negara mencapai perjanjian permanen.
Apa yang Terjadi?
- •Gencatan tarif ini menjadi penahan ketegangan setelah kedua negara saling menaikkan tarif hingga level tiga digit awal tahun ini.
- •Tanpa gencatan ini, tarif AS terhadap barang China bisa melonjak hingga 145 persen, yang berisiko memperparah kekacauan perdagangan dan menekan ekonomi.
- •Trump memutuskan melonggarkan tarif setelah adanya tanda-tanda pelemahan ekonomi, termasuk pelabuhan di Pantai Barat AS yang kosong dan volatilitas pasar saham.
- •Trump menyebut hubungan dengan Presiden China Xi Jinping "sangat baik" dan kedua pihak "telah berurusan dengan cukup baik" selama masa gencatan ini.
- •Kementerian Luar Negeri China berharap AS bekerja sama berdasarkan kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan, serta menindaklanjuti konsensus yang telah dicapai kedua kepala negara.
Kemungkinan Target Dagang Baru
- •Analis memperkirakan kesepakatan akhir bisa menjadi “sekuel” dari phase-one deal 2020, bahkan dengan target pembelian lebih tinggi.
- •Trump sudah menyatakan harapan agar China “melipatgandakan empat kali” pembelian kedelai AS.
- •China mungkin akan meningkatkan pembelian energi, produk pertanian, hingga semikonduktor jika diizinkan AS.
Risiko Transshipment
- •Ekspor China ke AS turun 12,6 persen tahun ini, tapi sebagian tertutupi oleh kenaikan 13,5 persen ekspor ke Asia Tenggara.
- •Trump sudah mengancam tarif 40 persen untuk barang yang dikirim melalui negara ketiga, meski definisinya masih kabur.
Meski perpanjangan ini memberi sinyal hubungan AS-China yang lebih stabil, analis seperti Ian Bremmer menilai kedua negara tetap bergerak menuju pemisahan ekonomi (decoupling) karena lanskap perdagangan dan geopolitik global yang berubah. (The Hill/RFI)