Mesir, Sudan, dan Ethiopia Panas Gara-gara Bendungan Sungai Nil

INFORMASI.COM, Jakarta - Konflik air Sungai Nil memanas setelah Ethiopia menyelesaikan pembangunan Bendungan Renaissance (GERD), yang dinilai mengancam stabilitas regional.
Mesir dan Sudan menuntut jaminan aliran air, sementara Ethiopia bersikukuh memenuhi kebutuhan energinya.
1. Pernyataan Tegas Presiden Mesir
Presiden Abdel Fattah al-Sisi menolak segala tindakan sepihak terkait Sungai Nil.
“ Siapa pun yang mengira Mesir akan mengabaikan hak airnya telah keliru. Mengabaikan porsi air kami sama saja dengan melepaskan nyawa Mesir. ”
— Abdel Fattah al-Sisi, Presiden Mesir, saat menggelar konferensi pers di Kairo, Mesir, Selasa (12/8/2025) bersama Presiden Uganda Yoweri Museveni.
Menurutnya...
- •Mesir mengandalkan 97% air tawar dari Nil, dengan curah hujan minimal (<100 mm/tahun).
- •Sisi menegaskan dukungan untuk pembangunan negara sahabat, asalkan tidak mengurangi aliran air ke Mesir.
I want to thank His Excellency Abdel Fattah El-Sisi for inviting us to engage in a productive dialogue. It has been a long time since I last visited Egypt. Uganda and the Great Lakes region have been historically linked to Egypt through the Nile River. Our political relationship… pic.twitter.com/JpgKG5Yt4h
— Yoweri K Museveni (@KagutaMuseveni) August 12, 2025
2. Data Kritis Aliran Sungai Nil
Sisi memaparkan fakta hidrologi yang jadi dasar kekhawatiran:
- •Total aliran tahunan Nil: 1.600 miliar meter kubik (gabungan Nil Putih dan Nil Biru).
- •85 miliar meter kubik (4% dari total) sampai ke Mesir-Sudan.
- •Sisanya hilang akibat penguapan, rawa, dan hutan (terutama di Sudan Selatan).
- •Ia mengutip sumber data dari Kementerian Sumber Daya Air Mesir, yang diverifikasi Bank Dunia pada 2024.
3. Proyek GERD Ethiopia
Ethiopia meresmikan fase akhir bendungan GERD pada Juli 2025, dengan target operasi penuh September 2025. Apa saja hasilnya?
- •Kapasitas maksimal: 74 miliar meter kubik atau setara 1,5 kali Danau Toba.
- •Potensi listrik: 6.450 MW, penopang industri Ethiopia.
- •Isu krusial: Kecepatan pengisian bendungan.
- •Jika diisi dalam 5 tahun, aliran ke Mesir-Sudan berkurang 25%.
“ GERD adalah simbol kedaulatan Ethiopia. Kami tidak akan menghentikan proyek yang menjamin masa depan 120 juta rakyat kami. ”
— Abiy Ahmed, PM Ethiopia, saat mengunjungi proyek bendungan GERD, Selasa (1/7/2025).
GERD, Africa’s largest hydropower project, is set to be fully operational by September 2025. With a capacity of 5,150 MW, it will more than double Ethiopia’s electricity supply and power new chapters of progress along the Blue Nile.#GERD #Ethiopia pic.twitter.com/cxOhCV1EI6
— Kiya Negash /ታይሲ/ የ ኢትዮጵያ ካድሬ🇪🇹🇪🇹🇪🇹 (@KiyaEthiopia) August 10, 2025
4. Sudan: Terjepit di Tengah Konflik
Sudan khawatir pada dua hal jika bendungan GERD beroperasi:
- •Keamanan bendungan: Risiko jebol mengancam 20 juta warga di hilir.
- •Fluktuasi air: GERD bisa mengganggu operasi bendungan Roseires dan Sudan utara.
“ Kami mendukung pembangunan, tetapi tanpa kesepakatan hukum, GERD adalah bom waktu. ”
— Ali Al-Sadiq, Menteri Luar Negeri Sudan, di Khartoum, Selasa (5/8/2025).
5. Jalan Buntu Diplomasi
Ketiga negara sebetulnya sudah melakukan perundingan terkait sungai Nil sejak 2011. Namun, perundingan dengan mediator Uni Afrika, PBB, dan AS itu gagal capai kesepakatan mengikat. Kenapa?
- •Titik sengketa:
- •Mekanisme mitigasi kekeringan.
- •Durasi pengisian bendungan.
- •Ethiopia minta pengisian bendunga hanya 5 tahun, namun Mesir minta lebih dari 10 tahun.
- •
- •Ethiopia lantas melanjutkan pengisian tahap ketiga pada 2025 tanpa persetujuan Mesir-Sudan.
6. Ancaman Perang
- •Potensi konflik muncul setelah Presiden Sisi menyebut air dari sungai Nil merupakan "garis merah" bagi Mesir.
- •Pada 2023, Presiden Mesir tidak menutup kemungkinan opsi menggunakan militer untuk menghentikan proyek bendungan itu.
- •Mesir pun didukung Liga Arab, sementara Uni Afrika mendesak agar negara berkepentingan untuk terus berdialog.
Apa Selanjutnya?
- •Mesir, Sudan, Ethiopia dijadwalkan melakukan pertemuan untuk membahas Nil di Addis Ababa, akhir Agustus 2025.
- •Menurut analis hubungan internasional, tanpa kompromi, krisis air itu bisa memicu konflik terbuka.
- •Terlebih, ada banyak kepentingan China dan Rusia dalam investasi di Addis Ababa.
“ Jika gagal lagi, sengketa ini bisa masuk Dewan Keamanan PBB. Tapi veto China-Rusia, yang investasi di Ethiopia, jadi hambatan. ”
— Hana Salman, Analis Hubungan Internasional Universitas Kairo.