Israel Akan Putuskan Rencana Gencatan Senjata Gaza Sebelum 22 Agustus 2025

Israel Akan Putuskan Rencana Gencatan Senjata Gaza Sebelum 22 Agustus 2025
Ilustrasi Gedung Parlemen Israel, Knesset, di Yerusalem. (Foto: Wikimedia Commons/Hagai Agmon-Snir)

INFORMASI.COM, Jakarta - Israel dijadwalkan memberi jawaban kepada para mediator internasional paling lambat Jumat, 22 Agustus 2025, terkait rencana gencatan senjata terbaru di Gaza yang telah disetujui Hamas. Tekanan publik dan internasional semakin meningkat, terutama setelah lebih dari 62.000 warga Palestina dilaporkan tewas dan kondisi kelaparan kian meluas akibat blokade berkepanjangan.

Detail Rencana Gencatan Senjata

  • Mengutip The Times of Israel, Selasa (19/8/2025), proposal gencatan senjata selama 60 hari mencakup pembebasan sekitar separuh dari 20 sandera Israel yang masih hidup, disertai penyerahan jenazah.
  • Sebagai imbalan, Israel akan membebaskan sekitar 150 tahanan Palestina, termasuk yang divonis seumur hidup.
  • Hamas juga dilaporkan melonggarkan tuntutannya terkait zona penyangga keamanan yang diminta Israel, membuka ruang kompromi baru.
  • Pemerintah Israel sebelumnya menegaskan tidak tertarik pada kesepakatan parsial dan justru mengancam akan melancarkan ofensif besar-besaran ke Gaza City.
  • Rancangan terbaru ini disebut sangat mirip dengan usulan awal dari utusan khusus Donald Trump, Steve Witkoff.

Tekanan Internasional dan Politik Domestik

  • Qatar dan Mesir, dua negara mediator utama, menyatakan proposal terbaru ini hampir identik dengan kesepakatan yang sebelumnya sempat dibahas Israel.
  • Mesir bahkan dilaporkan menekan Hamas untuk menyerahkan sebagian senjatanya ke dalam pengawasan Kairo sebagai jembatan menuju solusi jangka panjang.
  • Di sisi lain, Israel menghadapi tekanan publik yang terus membesar. Demonstrasi besar-besaran menuntut kembalinya para sandera diperkirakan kembali terjadi akhir pekan ini.
  • Tekanan ini menambah beban politik bagi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang posisinya semakin goyah, baik akibat perpecahan internal koalisi maupun kasus korupsi yang akan kembali disidangkan musim gugur mendatang.

Usulan gencatan senjata terbaru di Gaza yang disetujui Hamas hampir identik dengan rencana sebelumnya yang diajukan oleh Witkoff. Hamas juga memberikan respons yang positif.

— Pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Qatar.

Risiko dan Dilema Netanyahu

  • Meski ada peluang menuju kesepakatan, Netanyahu masih terjebak dalam dilema. Jika menerima gencatan senjata, ia berisiko kehilangan dukungan dari sekutu sayap kanan yang menolak kompromi.
  • Jika menolak, Israel terancam menghadapi gelombang kecaman global dan kemungkinan sanksi internasional, apalagi jika ofensif baru di Gaza memicu korban sipil lebih banyak.
  • Sejumlah analis Israel menilai Netanyahu bisa saja menunda atau mengubah sikapnya sesuai tekanan politik, baik dari Washington maupun dari demonstrasi domestik.
  • Namun, penolakan atas proposal yang sudah diterima Hamas dapat semakin memperkuat persepsi bahwa strategi Hamas lebih efektif dalam membaca situasi internasional.

Keputusan Israel sebelum Jumat akan menjadi titik krusial yang menentukan arah konflik Gaza, apakah menuju jeda kemanusiaan yang mendesak atau babak baru eskalasi militer. Pilihan Netanyahu akan memengaruhi bukan hanya nasib sandera dan warga Gaza, tetapi juga stabilitas politiknya sendiri. (The Times of Israel/The Guardian)

BAGIKAN
Anda harus login untuk memberikan komentar.