Harga Minyak Tertekan Lonjakan Pasokan, Lesunya Permintaan, dan Sanksi Geopolitik

Ilustrasi pengeboran minyak lepas pantai. (Foto: Freepik)
INFORMASI.COM, Jakarta - Harga minyak dunia saat ini berada dalam pusaran tarik-menarik antara kenaikan pasokan, penurunan permintaan, dan tekanan geopolitik akibat sanksi baru. Kondisi ini membuat pasar sulit menemukan keseimbangan, meski volatilitas sempat mereda pada pertengahan tahun.
Harga Minyak Melemah
- •Menurut laporan International Energy Agency (IEA), volatilitas pasar minyak anjlok mendekati titik terendah sepanjang sejarah pada Juli 2025, dengan harga Brent stabil di kisaran US$70 per barel.
- •Awal Agustus 2025, kesepakatan pasokan baru OPEC+ serta kekhawatiran penumpukan stok mendorong Brent turun ke sekitar US$67 per barel.
Pasokan Global Naik Tajam
- •Pertumbuhan pasokan minyak global tahun ini direvisi naik menjadi 2,5 juta barel per hari (mb/d).
- •Delapan anggota OPEC+ sepakat meningkatkan produksi sebesar 547 ribu barel per hari mulai September 2025, sepenuhnya menghapus pengurangan yang disepakati sejak November 2023.
- •Meski OPEC+ mendongkrak output, produsen non-OPEC+ tetap jadi pendorong utama, dipimpin oleh AS, Kanada, Brasil, dan Guyana.
Permintaan Global Lesu
- •Proyeksi pertumbuhan permintaan minyak 2025 sudah beberapa kali diturunkan, kini hanya 700 ribu barel per hari.
- •Konsumsi di negara besar seperti China, Brasil, Mesir, dan India lebih lemah dari perkiraan.
- •Pengecualian datang dari sektor penerbangan: musim panas yang padat perjalanan membuat permintaan jet fuel melonjak ke rekor tertinggi di AS dan Eropa.
Stok Minyak Melonjak
- •Aktivitas kilang mencapai level tertinggi sepanjang masa, sementara China menambah stok besar-besaran.
- •Persediaan minyak global naik 1,5 juta barel per hari di kuartal II 2025, dengan kontribusi utama dari stok minyak mentah China dan gas cair AS.
- •Meski demikian, stok minyak di hub perdagangan utama masih lebih rendah dari rata-rata historis.
Geopolitik dan Sanksi Baru
- •AS memperketat sanksi terhadap Iran, langkah terbesar sejak 2018, untuk menghambat penjualan minyak Teheran.
- •Washington juga menekan India agar mengurangi pembelian minyak Rusia, sementara Uni Eropa akan menurunkan batas harga minyak Rusia mulai September.
- •Di sisi lain, pembatasan terhadap Venezuela justru dilonggarkan, dengan Chevron mendapatkan izin baru mengekspor minyak.
Pasar minyak global kini berada di persimpangan: pasokan terus bertambah, sementara permintaan tertahan oleh lemahnya ekonomi. Ketidakpastian kian bertambah akibat sanksi baru terhadap Rusia dan Iran yang berpotensi mengubah arus perdagangan. Dengan faktor-faktor ini bergerak saling bertolak belakang, harga minyak diperkirakan tetap berfluktuasi tanpa arah yang jelas dalam waktu dekat. (IEA)