Trump Desak Uni Eropa Terapkan Tarif 100 Persen pada China dan India

INFORMASI.COM, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak Uni Eropa untuk memberlakukan tarif hingga 100 persen terhadap China dan India. Desakan ini muncul sebagai respons atas besarnya pembelian minyak Rusia oleh kedua negara, yang disebut sebagai sumber utama pembiayaan perang Moskow di Ukraina.
Latar Belakang Tekanan Baru
- •China dan India menjadi pembeli terbesar minyak Rusia, masing-masing membayar sekitar US$7,2 miliar dan US$3,6 miliar untuk impor energi pada Juli 2025 lalu.
- •Washington menilai pembelian tersebut melemahkan upaya Barat dalam menekan pendapatan Kremlin.
- •AS sendiri tidak mengimpor minyak Rusia, tetapi sudah menerapkan tarif 50 persen pada India atas transaksi energi dengan Moskow.
Ajakan Trump pada Uni Eropa
- •Trump meminta Eropa mengambil langkah serupa, termasuk mempertimbangkan sanksi sekunder untuk negara-negara yang terus membeli minyak Rusia.
- •Selama dua pekan terakhir, Trump aktif melakukan panggilan dengan pejabat Eropa untuk menekankan urgensi langkah kolektif tersebut.
- •Gedung Putih menyebut, jika Eropa setuju, AS siap mengadopsi tarif serupa pada China maupun India.
Posisi India dan China
- •India dan China sejauh ini enggan mengikuti sanksi Barat terhadap Rusia.
- •Alasannya kebutuhan energi nasional dan strategi politik luar negeri masing-masing.
- •Upaya menekan mereka melalui tarif atau sanksi tambahan berisiko memicu ketegangan baru dalam hubungan dagang global.
“ Beijing dan New Delhi menjadi dua pembeli paling produktif minyak Rusia, yang merupakan sumber utama pendapatan yang digunakan Moskow untuk membiayai perang di Ukraina. ”
— Laporan Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA)
Sebagai informasi, meski menekan India atas minyak Rusia, Trump tetap menjaga jalur komunikasi dengan Perdana Menteri Narendra Modi. Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menyebut akan segera berbicara dengan Modi untuk membahas hambatan dagang antara kedua negara, serta optimistis negosiasi dapat menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan AS maupun India. (New York Post)