Korsel Akan Pertahankan Kepentingan Nasional di Tengah Tekanan Dagang AS

INFORMASI.COM, Jakarta - Menteri Perdagangan Korea Selatan, Yeo Han-koo, berangkat ke Amerika Serikat pada Senin (15/9/2025) untuk melanjutkan negosiasi tarif yang tertunda. Meski kesepakatan dagang sudah dicapai secara garis besar pada Juli 2025 lalu, sejumlah detail krusial, termasuk paket investasi senilai US$350 miliar, masih menjadi ganjalan.
Mengutip Yonhap, Seoul menegaskan tidak akan menandatangani perjanjian yang merugikan kepentingan nasional, terutama dalam hal stabilitas pasar valuta asing dan perlindungan perusahaan domestik.
Hambatan Utama dalam Negosiasi
- •Isu Valuta Asing: Perundingan menemui kebuntuan karena ketentuan dalam kesepakatan dagang AS-Jepang dinilai tidak bisa diterapkan pada perjanjian dengan Korsel. Seoul khawatir dampaknya pada cadangan devisa nasional.
- •Paket Investasi Raksasa: Pemerintah Korsel sedang berdiskusi dengan AS untuk mengurangi dampak investasi US$350 miliar terhadap pasar valuta asing domestik. Namun, belum ada konfirmasi apakah opsi currency swap akan diambil.
- •Sektor Pertanian: Korsel menegaskan tidak berniat membuka lebih luas pasar pertanian, meski AS terus mendorong akses yang lebih besar.
“ Kami bekerja keras untuk mencapai hasil yang wajar dan sesuai dengan kepentingan nasional. ”
— Menteri Perdagangan Korea Selatan, Yeo Han-koo.
Dinamika Politik dan Ketegangan Terbaru
- •Kegagalan Putaran Sebelumnya: Menteri Perindustrian Kim Jung-kwan baru saja kembali dari Washington tanpa kemajuan berarti dalam perundingan dengan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick.
- •Krisis Kepercayaan: Hubungan kedua negara juga diguncang insiden razia imigrasi di pabrik baterai Hyundai di Georgia, AS, yang berujung pada penangkapan ratusan pekerja Korsel.
- •Tekanan Isu Tenaga Kerja: Presiden AS Donald Trump mengatakan, bahwa ia ingin perusahaan asing membawa tenaga profesionalnya untuk melatih pekerja AS, terutama dalam industri teknologi tinggi seperti chip dan kapal.
“ Jika perjanjian yang disodorkan tidak menguntungkan Korea Selatan, tidak ada gunanya menandatanganinya. ”
— Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung.
Perundingan tarif Korea Selatan–AS saat ini terjepit antara kepentingan ekonomi, politik domestik, dan tekanan diplomatik. Dengan isu valuta asing dan investasi besar sebagai hambatan utama, masa depan kesepakatan dagang ini masih belum jelas. Seoul bersikeras bahwa hanya perjanjian yang benar-benar menguntungkan yang akan ditandatangani. (Yonhap/The Korea Herald)