- Home
- Internasional
- Konflik Kian Panas, Akankah Pecah Perang Besar Israel vs Hizbullah?
Konflik Kian Panas, Akankah Pecah Perang Besar Israel vs Hizbullah?

INFORMASI.COM, Jakarta - Serangan demi serangan terus dilancarkan kelompok Hizbullah dan Israel. Kedua pihak sama-sama meluncurkan amunisi ke daerah 'kekuasaan' masing-masing.
Hizbullah, kelompok yang memang dominan menguasai Lebanon bagian selatan, dilaporkan melepaskan hamper 200 roket ke arah Israel utara, di mana wilayah itu memang dekat dari wilayah Lebanon. Pun dengan Israel yang tak kalah eksplosif memborbardir wilayah selatan Lebanon.
Hingga kini, sedikitnya hampir 500 orang gugur akibat konflik Hizbullah dan Israel. Korban nyawa paling banyak terutama terjadi di Lebanon, meski warga sipil Israel pun tercatat jadi korban.

Data terakhir yang dirilis masing-masing pihak belum juga menunjukkan mendinginnya keadaan. Pada Senin (23/9/2024), sedikitnya 30 orang tewas setelah pasukan udara Israel menyerang sebuah rumah di permukiman Taraiyya, Lebanon timur. Korban jiwa bukan anggota atau markas Hizbullah, melainkan warga sipil.
"Pesawat tempur Israel menghantam permukiman Taraiyya dan menyebabkan 30 orang meninggal," kata salah satu sumber di Lebanon kepada Sputnik via Antara, Selasa (24/3/2024).
Serangan itu terjadi setelah Hizbullah dilaporkan meluncurkan 200 roket ke wilayah Israel. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim 50 persen dari roket yang ditembakkan Hizbullah berhasil digagalkan, sementara roket-roket lainnya menghantam wilayah Israel. Meskipun, sebagian besar sasarannya dianggap meleset.
Tapi, ada juga roket yang menghantam permukiman di wilayah Israel, terutama meledak di sebagian wilayah sekitar Haifa. Serangan itu membuat satu remaja yang tengah berkendara menggunakan sepeda tewas, dan menyebabkan sejumlah orang terluka.
Perang besar-besaran kedua pihak bisa saja terjadi. Tapi, hingga kini belum ada pernyataan yang betul-betul menunjukkan akan terjadinya perang besar.

Hizbullah sebelumnya bersumpah akan 'membuat Israel seperti neraka' dan mengumumkan 'babak baru serangan' terhadap Israel. Namun, pernyataan tersebut belum bisa dinyatakan sebagai inisiatif untuk membuka perang besar-besaran.
Pasalnya, dari pihak Israel pun belum ada pembahasan yang masif soal serangan terhadap Hizbullah. Situs berita Israel, Ynet, melaporkan bahwa pembahasan kabinet keamanan Israel, Senin malam, belum memutuskan untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap Hizbullah.
Meskipun, sejumlah pihak di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengeluarkan peringatan agar warga Lebanon, terutama di selatan, segera mengungsi agar tak menjadi korban aksi balasan Israel.
Salah satunya, Juru bicara IDF, Daniel Hagari, yang meminta agar warga Lebanon selatan segera meninggalkan area tempat Hizbullah memasang peluncur roket. Melalui pesan video itu juga Hagari menuding Hizbullah sengaja menjadikan warga sipil sebagai tameng.
Antisipasi Perang, Warga Sipil Dua Negara Mengungsi

Eskalasi serangan Hizbullah itu membuat pemerintah Tel Aviv meminta warga di sekitar Haifa untuk mengungsi dan menutup kegiatan belajar-mengajar di sekolah-sekolah yang kemungkinan terdampak akibat serangan Hizbullah.
Bukan cuma di Israel, warga sipil di wilayah Lebanon Selatan pun berbondong-bondong mengungsi. Aksi mengungsi besar-besaran dilakukan dengan satu alasan; menghindari kemungkinan perang besar-besaran antara Hizbullah dan militer Israel.
Sejumlah negara pun sudah mewanti-wanti agar warga-warga yang bermukim di Lebanon untuk meninggalkan negara Levant itu. Malaysia, Australia, Kanada, Prancis, bahkan Amerika Serikat sudah mengeluarkan imbauan agar warga negaranya untuk sementara pindah ke tempat aman atau baiknya pulang ke asalnya masing-masing.
Israel-Hizbullah Diminta Setop Saling Serang
Menyikapi adanya eskalasi serangan dari Hizbullah maupun Israel, Uni Eropa beserta Amerika Serikat pun meminta kedua pihak untuk gencatan senjata segera. Apalagi, ratusan korban sudah kehilangan nyawa, termasuk di dalamnya anak-anak dan warga sipil.
"Gencatan senjata sangat mendesak di seluruh Garis Biru, seperti di Gaza," kata Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (EU) Josep Borrell, Minggu (22/9/2024).
Garis Biru merupakan istilah untuk menyebut batas Lebanon dan Israel, yakni dan Dataran Tinggi Golan yang kini diduduki Israel.
Borrell menekankan perlunya upaya mediasi diplomatik yang intensif antara kedua pihak agar tak lagi saling serang.
Ia juga menyerukan penerapan penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang bertujuan untuk menyelesaikan permusuhan antara Israel dan Hizbullah, serta mencakup ketentuan untuk penempatan pasukan Lebanon dan PBB di Lebanon selatan.

Di tempat lain, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pemerintahnya sedang berupaya meredakan ketegangan antara Hizbullah dan Israel. Upaya ini dilakukan agar kemungkinan perang besar tidak terjadi.
"Tim Saya terus berhubungan dengan mitra-mitra mereka, dan kami berupaya meredakan eskalasi dengan cara yang memungkinkan orang-orang kembali ke rumah mereka dengan aman,” kata Biden saat menjamu Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed al-Nahyan di Gedung Putih, Senin.
Imbas Ledakan Telegram dan Walkie-Talkie
Panasnya konflik antara Hizbullah dan Israel memang bukan kali ini terjadi. Terakhir kali konflik besar terjadi pada 2006. Namun, Kementerian Kesehatan Lebanon menegaskan konflik kali ini lebih mematikan.
Mula konflik memanas terjadi usai ragam ledakan terjadi di Lebanon pada 17-18 September. Saat itu, banyak penyeranta (telegram) dan walkie-talkie meledak di berbagai wilayah di Lebanon hingga menewaskan lebih dari 40 orang dan melukai hampir 3.500 orang lainnya.
Masih belum diketahui apa yang menyebabkan ribuan perangkat tersebut meledak secara bersamaan, Hizbullah dan otoritas Lebanon menyalahkan Israel atas rentetan ledakan itu.

Israel tidak membantah, pun menolak berkomentar atas tuduhan keterlibatan beberapa ledakan tersebut, walau secara luas sejumlah pihak menganggap Tel Aviv bertanggung jawab.
Terlebih, pada Jumat (20/09), Israel mengaku melakukan serangan di Dahieh, benten Hizbullah yang berada di wilayah Beirut selatan. Serangan itu menewaskan satu komandan Hizbullah dan beberapa anggota kelompok itu.
Kronologi Ledakan Alat Komunikasi HizbullahData dari Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan setidaknya 45 orang tewas akibat serangan di Dahieh. Korban nyawa termasuk tiga anak-anak.
Ragam ledakan dan serangan Israel itulah yang kemudian membuat Hizbullah melakukan pembalasan dengan menyerang perusahaan Israel Rafael, Advanced Defense Systems Ltd. di utara Kota Haifa, Ahad (22/9). Bukan cuma itu, Hizbullah kemudian melancarkan serangan masif berlanjut selama akhir pekan hingga Senin (24/9/2024).
Situasi di perbatasan Israel-Lebanon tidak pernah betul-betul dingin. Namun, situasi memburuk sejak Israel meluncurkan serangan ke Jalur Gaza, Palestina, 7 Oktober 2023. (Sputnik/OANA/ANT/The Times of Israel/Ynet)
Komentar (0)
Login to comment on this news