'Child Grooming', Kekerasan Seksual terhadap Anak yang Harus Diwaspadai

INFORMASI.COM JAKARTA - Child grooming, salah satu bentuk kekerasan seksual anak yang dilakukan dengan penuh perhitungan, sengaja membangun kepercayaan sebelum melakukan pelecehan seksual.
Mengutip dari Praesidium, organisasi yang berfokus kepada anajemen risiko pelecehan seksual berbasis di Texas, Amerika Serikat, Senin (23/12/2024), child grooming dilakukan dengan mengeksploitasi kerentanan anak-anak. Pelaku secara bertahap dan perlahan mendekati korban untuk mendapatkan kepercayaan agar bisa melakukan tindak kejahatan, termasuk pelecehan bahkan perdagangan anak.
Pelaku bisa datang dari mana pun, bisa dari lingkungan sekolah, rumah, bahkan dunia maya. Tak sedikit kasus child grooming online dengan modus pelaku berpura-pura menjadi seusia korbannya dengan menggunakan akun palsu.
Selain itu, pelaku juga bisa jadi adalah salah satu anggota keluarga, saudara, bahkan guru. Karena itu, masalah ini merupakan ancaman serius bagi anak.
Pelaku biasanya mengincar anak yang lebih rentan. Contohnya, anak yang tidak memiliki banyak teman, kurang percaya diri, banyak menghabiskan waktu sendirian atau tanpa pengawasan, ada masalah di rumah, terisolasi dari teman sebaya, atau merasa tidak dicintai.
Pelaku kemudian mengumpulkan informasi tentang minat, rutinitas, dan hubungan anak untuk mengeksploitasi kerentanan anak dengan lebih dalam.
Perhatian khusus yang diberikan pelaku untuk membangun kepercayaan dan hubungan emosional dengan anak akan menciptakan rasa keterikatan dan ketergantungan, yang membuat sang anak tidak sadar telah menjadi korban dan cenderung tidak mempertanyakan apalagi melaporkan tindakan pelaku.
Pelaku bahkan membangun hubungan dekat dengan anak-anak dan remaja, juga keluarga atau pengasuhnya, untuk mengurangi resistensi terhadap pelecehan.
Selanjutnya, pelaku akan berusaha mengisolasi korban dari keluarga, teman, dan perlindungan lainnya. Isolasi dapat memperkuat ketergantungan anak pada pelaku dan membatasi dukungan atau pengawasan dari luar.
Nah, ketika korban lengah dan menjadi tidak peka terhadap konten seksual, di situlah pelaku melancarkan serangannya yang mengarah pada kekerasan seksual secara fisik.
Untuk mempertahankan kontrol mereka atas korban, pelaku biasanya akan menggunakan taktik yang ampuh untuk anak, seperti rasa bersalah, ancaman, dan kasih sayang. Tak sedikit juga yang menggunakan hadiah sebagai umpan.
Sering Dialami Ibu Melahirkan, Apa Beda Baby Blues dengan Post Partum Depression?Sejumlah tanda mengindikasikan anak menjadi korban child grooming. Di antaranya adalah anak mulai menarik diri dari lingkungan pertemanan, menolak menceritakan keseharian, perubahan suasana hati, penurunan prestasi di sekolah, banyak menghabiskan waktu sendirian dengan gadget, dan berbohong atau terlihat menyembunyikan sesuatu.
Dampak child grooming bisa bertahan hingga seumur hidup. Anak mungkin akan jadi lebih sulit mempercayai orang dewasa, mengalami kecemasan bahkan depresi, menyakiti diri sendiri, perasaan malu, juga memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Anak yang menjadi korban pelecehan seksual child grooming mungkin akan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menyadari dan membiarkan hal tersebut terjadi.
Cara Cegah Child Grooming
Mengutip laman Siloam Hospitals, ada beberapa cara bagi orang tua dan guru untuk melindungi dan mencegah anak menjadi korban child grooming.
Pertama, kenali tanda-tanda child grooming.
Kedua, tingkatkan kesadaran komunitas tentang apa itu child grooming, bahaya dan tanda-tandanya.
Ketiga, berikan pemahaman kepada anak perihal hubungan yang sehat dengan orang lain dan bagaimana mengenali tanda-tanda bahaya.
Keempat, ajarkan anak sejak dini tentang cara bersikap. Contohnya, ajarkan mereka untuk berkata "tidak" untuk kontak fisik yang tidak diinginkan atau yang membuat tidak nyaman.
Kelima, bangun komunikasi yang baik dengan anak. Pastikan mereka merasa nyaman untuk bercerita tentang pengalaman dan perasaan mereka kepada orang tua.
Keenam, pantau penggunaan internet anak.
Tetap waspada, ya!
(Penulis: Yasmina Shofa)
Komentar (0)
Login to comment on this news