Sering Dialami Ibu Melahirkan, Apa Beda Baby Blues dengan Post Partum Depression?

INFORMASI.COM, Jakarta – Seorang ibu acapkali merasa sedih, lelah, dan sensitif setelah melahirkan. Kondisi ini kerap disebut sebagai baby blues.
Dikutip dari John Hopkins Medicine dan Healthline, Senin (23/12/2024), baby blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh seorang ibu setelah melahirkan. Kondisi tersebut disebabkan oleh perubahan hormon seorang ibu setelah melahirkan.
“Pada periode pascapersalinan, terdapat banyak kecemasan dan merasa mudah tersinggung, ditambah kurang tidur, yang merupakan faktor risiko besar terjadinya depresi pascapersalinan,” kata Liisa Hantsoo, seorang pakar dari Johns Hopkins Center for Women's Reproductive Mental Health.
Gen Z Rentan Depresi, Lalu Bagaimana Cara Mengatasinya?Kondisi baby blues tidak hanya dialami oleh ibu, tetappi juga ayah. Kondisi itu akan membuat orang tua sering menangis, mudah tersinggung, dan merasa sangat capek.
Biasanya baby blues akan hilang dalam beberapa hari setelah ibu melahirkan. Namun, ada kalanya baby blues bisa memburuk menjadi post partum depression (PPD).
Terus, apa beda baby blues dengan post partum depression?
Baby blues dan PPD sama-sama merupakan kondisi di mana suasana hati memburuk setelah kelahiran anak. Akan tetapi, sebenarnya keduanya sangat berbeda, lho.
Baby blues merupakan suasana hati yang fluktuatif dan biasanya terjadi pada beberapa hari pertama hingga dua minggu setelah melahirkan. Baby blues terjadi akibat perubahan hormonal, rutinitas, dan tuntutan fisik setelah adanya bayi.
Sebanyak 85 persen ibu alami baby blues. Enggak perlu khawatir karena masalah ini biasanya akan teratasi sendiri.
Gejala baby blues pada umumnya adalah perubahan suasana hati yang ringan, gelisah, merasa kewalahan, tidak bahagia, hingga kerap menangis tanpa alasan yang jelas.
Siapa Sangka, Minuman Cokelat Bisa Jadi Penangkal Stres yang MenyenangkanKalau PPD, kondisi itu masuk ke dalam kategori depresi perinatal. Seorang ibu yang mengalami PPD, akan menunjukkan gejala berupa merasa tak ada ikatan emosional dengan bayi, ragu merawat bayi, hingga berniat menyakiti diri sendiri atau bayi.
Gejalanya akan bertahan sepanjang hari, selama beberapa minggu hingga bulan bahkan bisa bertahan hingga satu tahun setelah kelahiran. Seorang ibu yang mengalami PPD memerlukan pertolongan medis.
“Kita perlu menghilangkan stigma terhadap masalah kesehatan mental, terutama bagi para ibu baru karena kondisi ini sebenarnya bisa diobati,” kata Liisa.
(Penulis: Yasmina Shofa)
Komentar (0)
Login to comment on this news