- Home
- Nasional
- Profil Pierre Tendean, Pahlawan Revolusi yang Pernah Nyamar Jadi Turis demi Sebuah Misi
Profil Pierre Tendean, Pahlawan Revolusi yang Pernah Nyamar Jadi Turis demi Sebuah Misi

INFORMASI.COM, Jakarta – Pierre Tendean merupakan salah satu pahlawan revolusi yang gugur dalam tragedi 30 September 1965. Namun, tak banyak yang tahu bahwa sang pahlawan pernah menyamar sebagai seorang turis asing saat menjalankan sebuah misi.
Dikutip dari buku Pierre Tendean yang ditulis oleh Masykuri, Minggu (5/1/2025), Pierre Andries Tendean alias Pierre Tendean merupakan salah satu perwira militer Indonesia yang namanya abadi dalam sejarah perjuangan bangsa. Lahir di C.B.Z. (sekarang RS Cipto Mangunkusumo) pada 21 Februari 1939.
Dia berasal dari keluarga dokter berdarah Indonesia-Prancis. Meskipun memiliki peluang untuk menekuni profesi serupa dengan sang ayah, Pierre memilih jalan sebagai prajurit. Keputusan ini membawanya pada kisah heroik dan pengorbanan besar dalam tugas militer.
Pierre memulai pendidikan militernya di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) dan lulus pada 1962. Ia kemudian bergabung dengan Korps Zeni Angkatan Darat. Kecerdasan, keberanian, dan kemahirannya dalam menjalankan strategi membuatnya dipercaya untuk menjalankan berbagai misi berisiko tinggi.
Sejarah Hari Ini: Kapitan Pattimura Gugur Sebagai Pahlawan Nasional, Presiden Soekarno Blusukan ke Jawa TengahMenurut penelusran Informasi.com dari berbagai sumber, salah satu misi paling fenomenal Pierre terjadi pada masa Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Kala itu, dia ditugaskan untuk mengumpulkan informasi di wilayah musuh.
Dengan wajah blasteran dan perawakan khas bule nya, Pierre berhasil menyamar sebagai turis asing. Dalam aksinya, ia memasuki kota-kota seperti Malaka dan Johor, berpura-pura berbelanja untuk mengalihkan perhatian.
Di antara barang yang ia beli, termasuk raket merk Dunlop, jam tangan, dan rokok, yang kemudian diberikan kepada keluarganya. Pierre bahkan berani mengambil risiko besar dengan menyusup ke markas pasukan Inggris dan merebut teropong militer.
Namun, tak semua misi berjalan mulus. Dalam sebuah operasi, kapal cepat yang ditumpanginya hampir tertangkap kapal perusak Inggris. Dengan kecerdikannya, Pierre melompat ke laut dan bersembunyi di balik perahu nelayan hingga situasi aman.
Setelah masa tugas di medan operasi, Pierre diangkat sebagai ajudan Jenderal A.H. Nasution. Namun, pada malam nahas 30 September 1965, ia menjadi salah satu korban Gerakan 30 September (G30S/PKI). Pierre gugur di usia muda setelah ditangkap dan dieksekusi oleh kelompok pemberontak.
(Penulis: Daffa Prasetia)
Komentar (0)
Login to comment on this news