- Home
- Nasional
- Lansia Meninggal setelah Antre Gas Elpiji, Warganet Soroti Keburukan Sistem Distribusi dan Kelangkaan Gas
Lansia Meninggal setelah Antre Gas Elpiji, Warganet Soroti Keburukan Sistem Distribusi dan Kelangkaan Gas

INFORMASI.COM, Jakarta – Yonih (68), seorang lansia penjual nasi uduk di Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Banten, meninggal dunia setelah mengantre berjam-jam untuk membeli tabung gas elpiji 3 kilogram, Senin (3/2/2025). Meskipun kondisi tubuhnya sudah sangat lelah, Yonih berhasil membawa pulang dua tabung gas melon setelah menunggu lama dalam antrean panjang.
Kabar duka ini segera menyebar di media sosial X (sebelumnya bernama Twitter) dan menjadi viral, memicu banyak warganet yang menyampaikan rasa belasungkawa serta keprihatinan mereka.
Mengukur Efektivitas Rencana Bahlil Tekan Impor Migas"Innalillahi Wainnailaihi Rojiun, turut berduka cita. Semoga amal ibadahnya diterima dan yang ditinggalkan dikuatkan imannya," tulis @sy****.
"Innalillahi wa innailaihi rojiun, semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah," cuit @bi**.
"Turut berdukacita untuk ibu penjual nasi uduk, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT," ujar @Fa***.
Di sisi lain, banyak warganet yang mengkritik sistem distribusi gas elpiji yang dianggap semakin buruk. Mereka menilai bahwa kejadian nenek meninggal dunia ini memperburuk keadaan rakyat kecil yang terpaksa antre berjam-jam hanya untuk membeli gas elpiji 3 kilogram.
"Astaghfirullah, sampai memakan korban jiwa. Mohon pemerintah evaluasi sistem distribusi gas LPG secara besar-besaran!" cuit @c***.
"Kebijakan seperti ini harus dipertanggungjawabkan. Apakah pemerintah akan bertanggung jawab?" ujar @Ar***.
"Maut memang takdir, tapi kalau meninggal akibat antrean gas, sangat menyedihkan. Kenapa pemerintah tidak peduli dengan rakyat kecil?" cuit @di***.
Banyak pihak yang menyayangkan kelangkaan gas elpiji 3 kilogram yang semakin memperburuk situasi. Pengawasan distribusi yang longgar dan permintaan tinggi yang tak sebanding dengan pasokan membuat kelangkaan gas elpiji melon kian terasa.
Hal ini memberikan dampak buruk bagi usaha kecil, seperti yang dialami oleh Nenek Yonih, yang harus kehilangan nyawanya setelah berjuang membeli gas untuk berjualan.
"Jadi, apakah yang seperti ini yang pemerintah inginkan? Antrean panjang gas LPG sampai mengorbankan nyawa rakyat? Pemerintah seharusnya lebih memprioritaskan kesejahteraan rakyat, bukan menyusahkan mereka. Pecat menteri yang tidak peduli dengan masalah ini!" tegas warganet lainnya.
Masyarakat berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan untuk mengatasi kelangkaan gas elpiji 3 kilogram dan mencegah kejadian serupa terjadi di masa depan.
(Penulis: Kiki Annisa)
Komentar (0)
Login to comment on this news