Penyelidikan mengungkap bahwa Telegram digunakan untuk aktivitas ilegal, termasuk perdagangan senjata.

Telegram dianggap memfasilitasi aktivitas ilegal dan ekstremis menurut investigasi The New York Times.

Telegram telah menghapus beberapa fitur yang diketahui disalahgunakan untuk aktivitas ilegal.

Aktifitas ilegal yang terjadi di Telegram disebut karena lonjakan jumlah pengguna yang drastis.

CEO Telegram, Pavel Durov, baru-baru ini buka suara setelah diinterogasi oleh polisi Prancis selama empat hari.

Telegram secara resmi menyatakan penyesalan atas penyebaran video deepfake di Korea Selatan.

Meski CEO-nya menghadapi tuduhan terkait kejahatan yang terjadi di platformnya, tidak membuat Telegram menjadi rentan.

Pavel Durov, CEO Telegram dikenakan jaminan sebesar 5 juta euro atau setara Rp 85,6 miliar oleh pengadilan Prancis.

Kominfo telah melayangkan dua kali surat peringatan (SP2) pada dua platform asing yakni Bigo Live dan Telegram.

Jumlah unduhan Telegram di App Store meningkat di Prancis dan Amerika Serikat (AS) setelah Pavel Durov ditahan di Prancis.