Ini Alasan Orang Sunda Suka Teh Tawar

INFORMASI.COM, Jakarta – Jika berkunjung ke Tanah Priangan, kamu akan menemukan suguhan teh tawar setelah menyantap hidangan. Tradisi minum teh di Jawa Barat berbeda dengan di Jawa Tengah.
Dikutip dari buku Ragam Minuman Khas Indonesia, (2024) karya Murdjiati dan kolega, Jumat (10/1/2025), warga Jabar lebih suka minum teh tawar bening. Sementara itu, warga Jawa Tengah, khususnya Jogja dan Solo, lebih suka minum teh panas, kental, dan manis.
Air teh yang dikonsumsi oleh orang Sunda, tulis Yetti Haryati dan kolega dalam Makanan: Wujud, Variasi dan Fungsinya Serta Cara Penyajiannya pada Orang Sunda di Jawa Barat, (1993), biasanya tawar atau tanpa gula. Minuman ini teh tawar ini disebut citeh.
Mengapa Masakan Jawa Tengah dan Jogja Cenderung Manis?Teh manis atau cigula, tulis Yetti dan kolega, tak biasa diminum setelah makan, cukup disajikan sewaktu-waktu. Cigula juga tak lazim disuguhkan jika disertai hidangan manis.
Meskipun saat ini teh tawar dominan di Tanah Priangan, dulu orang-orang Sunda juga gemar minum teh manis, catat Ratna S. dan Tanti K. dalam Kisah dan Khasiat Teh, (2011). Gulanya bukan dari batang tebu, melainkan dari pohon aren.
Pada zaman ketika gelas kaca belum umum itu, orang Sunda, tulis Ratna dan Tanti, menyeruput seduhan daun teh itu dari mangkuk batok kelapa dan tatakan bambu. Teh hangat itu menjadi lebih nikmat diminum sambil duduk dekat perapian. Kebiasaan yang sudah jarang dilakukan ini disebut sebagai nyaneut.
Kegemaran menikmati teh ala Sunda itu tentu mengundang pertanyaan. Helen Saberi dalam Tea: A Global History, (2010) menduga bahwa ini ada relasinya dengan sejarah penjajahan.
Sejarah Soto, Kuliner Indonesia yang Dipengaruhi Budaya TionghoaLidah manis orang-orang Jawa barangkali erat hubungannya dengan wilayah mereka yang dipenuhi dengan perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula. Ada kemungkinan peredaran gula tidak seluas di Jawa Barat mengingat jumlah industri gula yang sedikit.
Masyarakat Sunda tak hanya menikmati seduhan daun teh, tetapi juga gagang dan tulang dari tanaman teh. Meskipun wilayah Jawa Barat dipenuhi kebun teh, catat Murdijati dan kolega, seluruh daun teh kelas wahid itu bukan untuk mereka, melainkan ekspor ke Eropa.
Orang Sunda memandang bahwa teh berkualitas rendah yang diseduh hanya akan menghasilkan air teh yang pekat dan rasa yang kurang sedap. Oleh sebab itu, tulis Murdijati dan kolega, mereka lebih pilih gagang dan tulang dari teh yang baik. Itulah penyebab di Jawa Barat tehnya lebih bening dibandingkan teh kenthel khas Jawa.
(Penulis: Dhia Oktoriza Sativa)
Komentar (0)
Login to comment on this news