Kisah Menarik Hoegeng yang Jarang Diketahui Orang: Pernah Jadi Sasaran Sniper

INFORMASI.COM, Jakarta – Pernahkah kamu mendengar nama Hoegeng Imam Santoso? Hoegeng merupakan seorang polisi yang dikenal sebagai polisi yang berintegritas.
Kekuasaan yang besar dan posisi yang tinggi, tidak digunakan untuk memperkaya diri, tetapi menjalankan tugas negara dengan sebaik-baiknya.
Pada 19 Januari 1960, tulis Aris Santoso dan kolega dalam Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Pemimpin Bangsa, Hoegeng diangkat sebagai Kepala Jawatan Imigrasi. Sebelumnya, ia sempat ‘menganggur’ karena dianggap sebagai bagian dari Partai Sosialis Indonesia yang dijadikan musuh negara.
Pada waktu penghasilan keluarga seret itu, kata Didit, putra Hoegeng, seperti dikutip Suhartono dalam Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan, (2013), ibunya, Meriyati Roeslani, membantu keluarga dengan berjualan kembang di Pasar Cikini. Istri Hoegeng itu kemudian membuka toko bunga karena dagangannya laris.
Profil Pierre Tendean, Pahlawan Revolusi yang Pernah Nyamar Jadi Turis demi Sebuah MisiKetika diangkat jadi pejabat imigrasi, Hoegeng malah meminta istrinya menutup bisnisnya. Hoegeng khawatir akan terjadi conflict of interest. Bisa jadi banyak relasi akan coba membeli pengaruhnya lewat toko bunga istrinya. Untungnya, Meri paham akan prinsip suaminya sehingga ia dengan sukarela menutup ladang bisnisnya.
Empat tahun sebelumnya, pada 1956, Hoegeng dilantik sebagai Kabareskrim Polda Sumatra Utara, berkantor di Medan. Menurut Suhartono, waktu itu Medan adalah wilayah kerja yang berat terutama bagi polisi jujur dan non-kompromis.
Dalam autobiografinya yang berjudul Hoegeng, Polisi Idaman dan Kenyataan, (1993), integritas Hoegeng langsung mengalami ujian ketika ia dan keluarga tiba di Pelabuhan Belawan. Polisi kelahiran Pekalongan ini disambut oleh pengusaha yang mewakili rekan-rekan bisnisnya. Hoegeng diberitahu oleh si penyambut bahwa sebuah rumah dan kendaraan sudah disiapkan untuknya selama bertugas di Medan. Bahkan, saat itu, sebuah hotel sudah disediakan oleh panitian penyamnbutan.
Alih-alih menerima segala privilege tersebut, Hoegeng malah menolak secara halus dan mengatakan barang tersebut disimpan saja dulu. Hal serupa berlaku pada tawaran penginapan. Kata Hoegeng, bila dibutuhkan, dia akan segera menghubunginya. Sang pengusaha menjawab keputusan Hoegeng dengan titipan kartu nama.
Sejarah Hari Ini: 7 Januari 1979, Pol Pot dan Khmer Merah Digulingkan Dari KekuasaanSikap integritas dan tanpa kompromi ini bukannya tanpa resiko. Menurut Suhartono, Hoegeng tak jarang menerima ancaman pembunuhan. Polisi yang dipuji Gus Dur karena kejujurannya ini bahkan sempat jadi sasaran sniper saat bertugas di Medan. Hoegeng tak menceritakan dalam kaitan dengan kasus apa dia dijadikan sasaran peluru. Dia pun tidak mengungkap siapa pelaku penembakan yang berhasil melarikan diri itu.
Kuat dugaan bahwa kasus penembakan itu berkaitan erat dengan pekerjannya sebagai aparat penegak hukum. Hoegeng, kata Suhartono, memang sering keluar masuk daerah di Medan untuk menggerebeg pelaku perjudian dan penyelundupan.
Dalam penyergapan itu sering turut ditangkap oknum polisi dan tentara yang menjadi backing. Menurut Hoegeng, tulis Suhartono, kalau ada aparat negara di Medan yang tak mau kompromi dengan para pengusaha hitam, umumnya akan kesulitan dalam penugasannya.
(Penulis: Dhia Oktoriza Sativa)
Komentar (0)
Login to comment on this news
Belum ada komentar